13 Ancaman Siber di 2024
Share
PENUTUR.COM – Tantangan keamanan siber yang dihadapi pada tahun 2024 mencerminkan kompleksitas dan evolusi ancaman siber modern.
Dari serangan ransomware hingga penyalahgunaan kecerdasan buatan, setiap ancaman memerlukan pendekatan yang berbeda dan koordinasi yang erat antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga internasional.
1. Serangan Ransomware
Serangan ransomware yang merajalela pada tahun 2023 tidak hanya menyebabkan kerugian finansial global mencapai $30 miliar atau setara dengan Rp 450 triliun, tetapi juga memberikan gambaran mengenai evolusi dan kompleksitas ancaman siber modern.
Para penjahat siber, dengan keberanian dan keterampilan teknis yang semakin berkembang, terus menyempurnakan teknik mereka dengan menggunakan enkripsi canggih dan strategi penargetan yang semakin cerdik.
Dampak serangan ransomware tidak hanya terbatas pada kerugian keuangan semata, melainkan juga dapat merusak reputasi perusahaan secara signifikan dan bahkan menyebabkan kelumpuhan operasional.
Seiring dengan peningkatan ketangguhan keamanan siber, penjahat siber pun semakin terdorong untuk menemukan celah baru dan meluncurkan serangan yang lebih canggih.
2. Kerentanan Internet of Things (IoT)
Pada tahun 2024, kerentanan dalam ekosistem Internet of Things (IoT) menjadi fokus utama dalam perangkat lunak dan keamanan siber.
Keberlanjutan dari ketidakamanan perangkat IoT menjadi risiko signifikan karena banyak perangkat yang belum dilengkapi dengan langkah keamanan yang memadai.
Hal ini menciptakan peluang bagi peretas untuk mengeksploitasi kelemahan ini, baik untuk mendapatkan akses tanpa izin atau melancarkan serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS).
Keamanan IoT bukan hanya menjadi tanggung jawab produsen perangkat, tetapi juga memerlukan kesadaran dan tindakan pencegahan dari pengguna akhir. Peningkatan keamanan perangkat IoT menjadi suatu keharusan agar potensi ancaman dapat diminimalkan.
3. Serangan Rekayasa Sosial dan Phishing
Pada tahun 2024, serangan rekayasa sosial dan phishing tetap menjadi senjata utama dalam arsenal penjahat siber.
Para penyerang menggunakan teknik canggih dan informasi pribadi yang mudah ditemukan di media sosial dan platform online untuk menipu individu.
Kelimpahan data pribadi semakin memudahkan para penjahat siber untuk menciptakan serangan yang lebih meyakinkan dan sulit dihindari.
Langkah-langkah pencegahan terhadap serangan ini tidak hanya terbatas pada teknologi, tetapi juga memerlukan peningkatan literasi keamanan siber di kalangan pengguna.
Pelatihan dan edukasi mengenai cara mengidentifikasi serangan rekayasa sosial menjadi esensial dalam melawan ancaman ini.