LOADING

Ketik di sini

Gaya Hidup

Waspadai Stroke di Usia Muda

Share
Anak Muda. Foto: Zachary Nelson @Unsplash

PENUTUR.COM – Di masyarakat, terlanjur beredar anggapan: stroke hanya diderita kalangan tua alias 50 tahun ke atas.

Pada kenyataannya, kalangan muda juga mesti lebih waspada. Cukup banyak penderita stroke berusia antara 18 sampai 45 tahun.

Dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) pada 2022, sebuah studi yang melibatkan 94.567 peserta di Oxfordshire, Inggris, dan membandingkan perubahan temporal dalam tingkat stroke antara tahun 2002-2010 dan 2010-2018, terjadi peningkatan insiden stroke sebesar 67% pada peserta yang berusia di bawah 55 tahun dan penurunan sebesar 15% dalam insiden stroke pada peserta yang berusia 55 tahun atau lebih.

Sementara World Stroke Organization pada 2019 menyatakan bahwa setiap tahun ada sekitar 12,2 juta kasus stroke dan saat ini sekitar 101 juta orang hidup pasca serangan stroke. Dan 63% stroke terjadi pada usia di bawah 70 tahun.

Tanpa mengurangi simpati pada penderita di usia tua, stroke di masa muda bak malapetaka besar. Bayangkan: mereka mungkin baru saja mendaki tangga karir. Karir yang ditegakkan dengan susah-payah, bisa buyar dalam sekejap karena stroke.

Stroke, atau terganggunya fungsi otak lantaran ada hambatan dalam aliran darah ke otak, sebenarnya bahkan bisa diderita bayi dan anak-anak. Namun, persentasenya kecil dan biasanya diakibatkan kelainan bawaan atau genetik.

Sekitar 90 persen kasus stroke di usia muda muda disebabkan faktor lingkungan.

Pertama adalah pola makan yang keliru. Banyak kalangan muda sekarang yang menggemari makanan fast food. Padahal, makanan jenis ini mengandung kolesterol tinggi.

Bila kadar kolesterol dalam darah sudah tinggi, penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi gampang menghampiri.

Ketika tekanan darah demikian tinggi, apalagi jika dinding pembuluh darah telah rapuh, pembuluh darah bisa pecah. Terjadilah stroke.

BACA JUGA  Lukas Enembe Divonis 8 Tahun Penjara dan Dicabut Hak Politiknya Selama 5 Tahun

Meski tekanan darah tak terlampau tinggi, stroke mungkin juga datang. Di saat itu, barangkali pembuluh darah hanya menyempit tapi otak akan kekurangan darah dan oksigen.

Selain hipertensi, penyakit diabetes atau kencing manis juga menjadi “produk sampingan” dari pola makan yang keliru.

Diabetes mempermudah timbulnya stroke. Tekanan darah menjadi tinggi, darah mengental, lalu jantung terganggu karena pembuluh koroner mengalami penyempitan.

Bila terjadi penyempitan di koroner, pompa darah ke otak terganggu. Stroke pun datang.

Hal kedua yang memicu stroke di usia muda adalah kebiasaan merokok dan menenggak minuman beralkohol.

Banyak penelitian membuktikan, rokok merupakan faktor risiko penting bagi stroke.

Terutama, jika seseorang merokok sampai 40 batang per hari. Kendati begitu, para perokok yang “cuma” mengisap sepuluh batang per hari tetap tak luput dari kemungkinan stroke.

Dan jika Anda biasa mengonsumsi lebih dari dua gelas alkohol tiap hari, bersiaplah menghadapi stroke.

Faktor risiko lain adalah penggunaan narkoba. Penggunaan narkotika seperti heroin, shabu-shabu, dan sejenisnya dapat menaikkan tekanan darah.

Celakanya, meski tiada faktor-faktor lain, penggunaan “barang-barang haram” itu mampu memicu stroke.

Contoh paling jelas adalah penyuntikan heroin yang serampangan. Bisa saja, udara ikut masuk ke darah atau otak. Setelah itu, tekanan darah bakal mendadak naik.

Kurang berolah raga menjadi faktor risiko berikut. Lantaran kesibukan kerja, banyak kalangan muda yang mengabaikan arti penting olah raga.

Ironisnya, kesibukan pekerjaan membikin mereka jarang beraktivitas fisik. Tengok saja, mereka berangkat ke kantor dengan mobil, lengkap dengan supir.

Setiba di kantor, mereka langsung masuk lift untuk menuju ruang kerja masing-masing. Setelah itu, tenggelam di balik meja kerja hingga senja hari. Begitu seterusnya setiap hari.

BACA JUGA  Pemerintah Siapkan Aturan Pemisahan E-Commerce dan Sosial Commerce. Ini Perbedaannya!

Agaknya, gaya hidup modern punya andil besar bagi ancaman stroke di kala muda. Karena itu, perubahan menuju gaya hidup sehat harus ditempuh.

Pertama-tama, mulailah dengan mengatur pola makan. Jangan sampai ada ketidakseimbangan asupan gizi ke tubuh, juga perhatikan makanan berkolesterol.

Selanjutnya, berusahalah agar bisa melakoni olah raga dengan rutin. Bagi mereka yang sibuk, silakan melakukan aktivitas jalan kaki selama 30 sampai 45 menit secara terus-menerus.

Jika mungkin, lakukan juga kegiatan naik turun tangga. Bagaimana dengan frekuensinya? Ia mengatakan, jalani olah raga tiga kali seminggu dengan durasi masing-masing satu jam.

Tentu saja, menyimak faktor-faktor risiko di atas, jangan pernah mengonsumsi narkotika, rokok, dan alkohol secara berlebihan agar ancaman stroke menjauh.

Hindari mengonsumsi obat batuk yang mengandung Fenilpropanolamin (PPA). Apalagi, jika terdapat faktor risiko lain.

Tags: