Yang Perlu Diketahui Sebelum Operasi Sedot Lemak
Share
PENUTUR.COM – Pertama kali, sedot lemak atau liposuction untuk mengatasi obesitas diperkenalkan di Prancis pada era 1970-an.
Di Indonesia, terapi ini mulai populer sejak 1987, bersamaan dengan berdirinya RS Bedah Plastik Bina Estetika, Jakarta.
Tapi, bagaimana terapi ini bekerja?
Seseorang bisa mengalami kegemukan di seluruh tubuh, bisa pula hanya di bagian tertentu.
Nah, kedua tipe obesitas itu bisa ditangani melalui sedot lemak. Yang jelas, sedot lemak memang ditujukan untuk mengurangi tumpukan lemak di lapisan bawah.
Sementara, penyedotan lemak di lapisan atas pun bisa dilakukan dengan tindakan ini, tapi dengan teknik yang lebih canggih karena letaknya sangat berdekatan dengan kulit.
Perlu diketahui, lapisan lemak yang terletak antara otot dan kulit itu terdiri dari lapisan lemak atas dan lapisan lemak bawah.
Yang bisa dibakar dengan olah raga atau yang diambil sebagai energi hanya lemak bagian atas.
Artinya, seperti apapun olah raga dan diet dilakoni, lapisan lemak bagian bawah tak akan mampu dihilangkan.
Sebelum menjalankan terapi, pasien harus meneken inform concern. Pernyataan bahwa yang bersangkutan telah amat memahami tindakan yang akan dilakukan dokter padanya.
Setelah itu, pasien diberikan suntikan ke bagian tubuh yang akan disedot lemaknya.
Suntikan itu dimaksudkan untuk melenyapkan rasa sakit, mengurangi pendarahan, dan memudahkan penyedotan.
Biasanya proses penyedotan itu dilakukan secara bertahap. Alasannya, ketika menyedot lemak, darah ikut tersedot.
Paket satu kali sedot selesai itu berbahaya. Taruhlah, dokter bedah plastik mampu menyedot lemak 20 liter sekali operasi. Tapi, bisa saja darah yang keluar mencapai 2 liter. Akibatnya, pasien akan shock, menderita anemia, dan tak bisa bergerak.
Catatan berikutnya, jika masih utuh, sel-sel lemak hasil sedotan bisa dialokasikan atau disuntikkan ke bagian tubuh lain yang merasa perlu “dimontokkan.”
Sementara, terkait dengan potensi terjadinya pendarahan ketika terapi, mesti dijalankan tindakan antisipasi penyediaan cadangan darah.
Namun, mengingat dewasa ini banyak darah yang “tak bersih”, tak jarang pasien sendiri yang mencadangkan darahnya.
Pada praktiknya, untuk ototranfusi ini, sekitar sebulan sebelum menjalani operasi, pasien mendonorkan darahnya.
Yang penting juga diingat adalah memperhatikan pola makan pascaterapi.
Sebab, bagaimana pun obesitas terkait erat dengan pola makan seseorang. Alhasil, bila pola makannya tak berubah, proses penumpukan lemak bakal cepat terjadi lagi.