LOADING

Ketik di sini

Peristiwa Politik

Teroris Moskow Tertangkap, ISIS Berusaha Keras Mengaku sebagai Pelaku Teror Tapi Tak Dipercaya

Share
teror crocus moskow

PENUTUR.COM – Konflik Ukraina versus Rusia meningkat pasca serangan teror di Crocus City Hall, Moscow.

Dikabarkan 13 pembom Rusia Tu-95MS yang mampu membawa senjata nuklir saat ini sedang berada di udara dan hampir seluruh semua wilayah Ukraina berada dalam status risiko terkena serangan udara.

Tu-95MS atau Tupolev Tu-95 adalah pembom strategis berukuran besar yang memiliki empat mesin turboprop dan merupakan platform peluncur misil.

Pembom strategis Rusia Tu-95 dan Tu-160 mampu melaksanakan serangan jarak jauh nuklir dan konvensional.

Rusia tampaknya berkesimpulan bahwa Ukraina berada di balik serangan teror di Moskow, 22 Maret lalu.

Menurut kantor berita Rusia, TASS, sebanyak 133 orang meninggal, termasuk 3 anak, dan 152 cedera akibat aksi teror di Crocus.

Hanya dalam tempo sehari, Rusia berhasil menangkap 11 orang tersangka, termasuk 4 orang eksekutor lapangan setelah “kejar-kejaran” di wilayah Bryansk.

Otoritas keamanan federal atau FSB (Federalnaya Sluzhba Bezopasnost) Rusia mengatakan para penyerang memiliki kontak di Ukraina dan sedang menuju ke perbatasan.

“Setelah melakukan serangan teroris, para penjahat bermaksud untuk menyeberangi perbatasan Rusia-Ukraina, dan memiliki kontak di sisi Ukraina,” kata FSB.

Presiden Ukraina mengatakan Kyiv “tidak ada hubungannya” dengan serangan tersebut, sementara badan intelijen militer Ukraina menyebut insiden tersebut sebagai “provokasi” Rusia dan menuduh bahwa operasi khusus Moskow berada di baliknya.

Keempat eksekutor Crocus disebut-sebut sebagai warga Tajikistan, negara kawasan Khorasan di tenggara Moskow dan di Timur Laut Afghanistan.

Tiga orang yang diidentifikasi dan ditangkap hidup-hidup berdasarkan informasi yang beredar di media sosial adalah:
Muhammadsobir Fayzov (19 tahun) dari Tajikistan, seorang penata rambut alias tukang cukur.
Faidunin Samsutdin (25 tahun) belum diketahui profesinya karena ia tidak bisa berbahasa Rusia.
Rajab Alizade (30 tahun) dipotong satu telinganya oleh anggota Spetsnaz dan disuruh memakan telinganya sendiri.
Satu pelaku lagi belum terungkap identitasnya. Namun ia sempat disangka sebagai Rustam Azhiev, Deputy Commander Ichkerian Forces di Ukraina.

BACA JUGA  Respons Kecurangan Pemilu, Megawati Instruksikan FPDI Perjuangan di DPR Gunakan Hak Angket


Samsutdin, Alizade, [belum diketahui namanya], Fayzov

Meskipun teroris yang tertangkap diketahui berpaspor Tajikistan, Kementerian Luar Negeri Tajikistan membantah keterlibatan warga negaranya dalam serangan teroris di Moscow.

Menurut pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Tajikistan di media sosial, “Pihak berwenang Tajikistan belum menerima konfirmasi resmi dari otoritas Rusia mengenai informasi palsu yang mengaitkan warga Tajikistan.”

Meski ada dokumen yang terkait Tajikistan, kemungkinan yang sebenarnya bisa jadi berbeda karena aksi teror ini kelihatannya seperti operasi intelijen.

Para pelaku tampak terkoordinasi dan berdarah dingin saat menghabisi nyawa para korban. Mereka pun merekam aksi tersebut dalam video.

Namun saat diinterogasi, para pelaku menyatakan tidak saling mengenal. Mereka mengaku dibayar pihak lain yang menghubungi mereka melalui Telegram. Mereka mendapat tiket gratis dan dokumen palsu. Mereka datang dari Tajikistan ke Chekov di dekat Moskow.

Mereka ditugaskan membunuh tanpa pandang bulu di Crocus dengan bayaran 500 ribu Rubel atau sekitar Rp 85 juta dan itu baru setengah pembayaran dari 1 juta Rubel yang dijanjikan oleh orang yang mereka katakan tidak mereka kenal.

Pihak Rusia sendiri tidak membuka hasil interogasi secara resmi.

Akibatnya, informasi yang tersebar di media sosial sebagian besar adalah informasi tidak resmi dan cenderung hoax.

Misalnya saja pada saat awal dikatakan bahwa para tersangka teroris adalah:
Nasridinov Makhmadrasul (37 tahun)
Ismonov Rivozhidin (51 tahun)
Safilzoda Shokhinjonn (21 tahun)
Nazarov Rustam (29 tahun)

Dikatakan juga bahwa Rustam merupakan tentara yang berperang untuk Ukraina. Hoax ini sudah dibantah banyak pihak, terutama para pendukung Ukraina, yang menunjukkan foto Rustam Azhiev yang memang tidak sama dengan wajah tersangka.

“Pernyataan dari ISIS” bisa juga dikategorikan hoax. Pada 23 Maret, media perwakilan ISIS yakni Al Amaq menyatakan bahwa ISIS yang melakukan aksi menyerang kelompok Kristen di Crocus.

BACA JUGA  Memahami Diabetes Demi Kehidupan yang Lebih Baik

Tidak banyak orang yang percaya. Jikapun percaya, aksi ISIS ini dianggap sebagai aksi dari Israel, NATO, dan Amerika Serikat.

Media sosial pun ramai dengan info-info seputar dukungan Israel dan Amerika Serikat terhadap ISIS.

Tags: