Tatkala Sel-Sel Usus Besar Membelah Diri Tak Terkendali dan Menjadi Ganas
Share
PENUTUR.COM – Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum dan merupakan kanker nomor tiga terbanyak di seluruh dunia, menyumbang sekitar 10% dari semua kasus kanker.
Kanker ini merupakan penyebab kematian terkait kanker terbesar kedua di dunia. Demikian data WHO pada Juli 2023.
Biasanya menyerang lansia atau orang yang berusia 50 tahun ke atas.
Sembelit yang berlangsung berbulan-bulan, bisa jadi pertanda gejala kanker usus besar.
Seperti organ tubuh lain, usus besar terdiri dari sel-sel yang membelah diri untuk mempertahankan fungsinya.
Namun, adakalanya sel-sel tersebut membelah diri secara tak terkendali. Terbentuklah tumor. Tumor jinak memang tak menembus jaringan di sekitarnya dan menjalar ke organ tubuh lain.
Lain hal dengan tumor ganas alias kanker. Dalam pertumbuhannya, sel kanker menyusup dan merusak jaringan sekitarnya dan mampu menjalar ke organ tubuh lain melalui aliran darah atau getah bening.
Penyebab dan Tingkat Keparahan
Sampai kini, kalangan kedokteran belum mampu memastikan penyebab kanker usus besar. Memang ada beberapa hal yang dituding menjadi gara-gara: terlalu banyak makan dan menderita obesitas, terlampau kerap mengonsumsi lemak, atau kurang berolah raga.
Namun, semua itu hanya dugaan. Kendati belum bisa dipastikan penyebabnya, kanker usus besar tetap bisa dideteksi sejak stadium awal.
Jika ditemukan ketika masih di stadium awal, selalu terbuka peluang untuk sembuh.
Usus besar memiliki sejumlah lapisan- mulai yang terdalam sampai terluar. Yaitu, lapisan mukosa, submukosa, muscularis, dan serosa.
Nah, stadium kanker usus besar dihitung berdasarkan seberapa jauh lapisan-lapisan tersebut telah terjangkau. Stadium satu: tumbuhnya kanker dari lapisan mukosa.
Stadium dua: kanker telah menembus sampai submukosa, muskularis, lalu serosa.
Stadium tiga: kanker sampai di luar dinding usus. Selanjutnya, sel kanker akan mengikuti saluran limfe.
Ada tiga bagian saluran limfe yaitu di dalam dinding usus, di luar dinding, dan yang mengikuti pembuluh darah. Stadium empat: sel kanker telah tiba di pembuluh darah.
Pada stadium dini, kanker ini tak menunjukkan gejala. Dan, proses penjalaran kanker usus besar ini berlangsung lambat sekali. Bisa memakan waktu 15 tahun untuk tiba di stadium lanjut.
Apa Gejalanya?
Pada penderita kanker usus besar, biasa dijumpai gejala-gejala klinis sebagai berikut. Pertama, perubahan kebiasaan buang air besar. Kedua, diare atau sulit buang air besar.
Tentu saja diare dan konstipasinya berbeda dengan, misalnya, infeksi. Jika disebabkan infeksi, mungkin diare hanya terjadi seminggu atau dua minggu.
Untuk penderita kanker usus besar, diare dan konstipasi bisa berbulan-bulan.
Ketiga, tinja bercampur darah. Warnanya merah segar atau kehitaman. Bentuk tinja lebih kecil dari biasanya dan mirip kotoran kambing.
Gejala seperti itu hanya muncul bila kanker terdapat di daerah rektum sehingga terjadi penyempitan jalan keluar tinja.
Keempat, terdapat rasa tak enak di perut seperti kembung dan rasa penuh. Kelima, sesudah buang air besar terasa masih ada yang tersisa.
Siapa Memiliki Risiko?
Mereka yang memiliki faktor risiko adalah sebagai berikut. Pertama, riwayat keluarga. Makin banyak jumlah keluarga yang terserang, makin tinggi risiko yang dimiliki.
Jika ada anggota keluarga yang menderita kanker, misalnya kanker payudara atau kanker paru, orang bersangkutan juga memiliki risiko kanker usus besar.
Kedua, usia. Kanker usus besar lebih banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Makin lanjut usia seseorang, makin besar risiko yang dimiliki.
Ketiga, pemilik polip atau tumor jinak yang dalam pertumbuhannya dapat berkembang menjadi kanker usus besar. Terakhir, para penderita radang usus besar.
Bagaimana Mendeteksinya?
Untuk deteksi awal, tiada pemeriksaan lain yang bisa digunakan selain kolonoskopi. Sebelum dilakukan, pasien perlu mengosongkan usus dulu dengan berpuasa, lalu diberi obat.
Dengan kolonoskopi, perubahan sel, pada lapisan mukosa bisa dilihat walau sedikit. Kolonoskopi dimasukkan melalui dubur kemudian ke atas. Alat ini bisa melihat seluruh bagian usus besar.
Jika didapat perubahan sel, bisa dilakukan biopsi atau diambil langsung. Jika luasnya di bawah 2 cm, bisa diambil dengan teknik endoscopic mucosal eesection (EMR).
Sel kanker langsung diangkat dan pasien tak perlu menjalani terapi lain. Yang perlu dilakukan adalah kontrol tiap tahun.
Untuk menemukan tumor juga bisa dilakukan pengecatan dengan memberikan pewarna atau dye. Sel kanker akan menyerap warna indigocarmin ini.
Hasilnya, akan terlihat perbedaan antara daerah yang terkena kanker dengan jaringan di sekitarnya. Yaitu, sel kanker berwarna lebih gelap.
Sebagai catatan, bila dalam keluarga ditemukan penyakit poliposis, pemeriksaan tersebut dianjurkan sejak usia remaja.
Bila di keluarga terdapat penderita kanker usus besar, pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 3 – 5 tahun mulai usia 35 tahun. Bila memiliki faktor risiko lain dianjukan untuk konsultasi ke dokter.
Susu, Serat, dan Usus
Dalam urusan kanker usus besar, susu punya citra positif. Para peneliti dari Universitas Kuopio, Finlandia, menemukan indikasi, mereka yang rajin mengonsumsi susu ternyata memiliki risiko paling rendah mengidap kanker usus besar.
Dalam penelitian yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition edisi November 2001 itu, ditengarai bahwa susu mengandung laktosa, salah satu jenis gula yang diduga berfungsi memicu pertumbuhan bakteri yang sanggup menghambat kanker.
Dalam riset itu, Jarvinen dan rekannya melakukan wawancara dengan responden mengenai kebiasaan makan, catatan kesehatan dan faktor gaya hidup lainnya seperti merokok dan penggunaan vitamin.
Kendati demikian, Dr. Ritva Jarvinen, pimpinan tim penelitian itu menyatakan, terlalu dini untuk merekomendasikan bahwa konsumsi susu berkaitan dengan risiko kanker usus besar.
Kalau kontribusi susu masih perlu pembuktian lebih lanjut, agak berbeda dengan serat.
Serat merupakan bagian dari tumbuhan yang tak sepenuhnya dapat diserap sehingga menambah massa dalam tinja.
Hal ini akan memicu pergerakan tinja dalam usus. Akibatnya, akan berlangsung keteraturan pergerakan usus.
Dengan banyak mengonsumsi makanan berserat, jadwal buang air besar akan lebih teratur. Buang air besar yang teratur akan mempersingkat lamanya tinja di usus. Pada gilirannya, hal ini memperkecil penyerapan zat-zat berbahaya oleh dinding usus.
Lantas, kemungkinan serangan kanker usus besar bakal semakin minimal.
Maka, jangan pernah menjauh dari sayur, buah-buahan, dan makanan kaya serat lainnya.