Mengenali Sinusitis yang Membuat Pusing
Share
PENUTUR.COM – Orang biasanya menduga terkena flu saat hidung mengeluarkan lendir. Namun, Anda mesti waspada ketika lendir itu tak kunjung lenyap Jangan-jangan, itulah gejala awal sinusitis.
Secara umum, sinusitis adalah problem kesehatan yang diidap 5%-12% populasi, untuk Indonesia itu berarti sekitar 10-24 juta orang.
Kata sinusitis berasal dari beberapa rongga yang terdapat di sekitar hidung, yaitu sinus. Ada sepasang rongga sinus di pipi kiri dan kanan, ada yang di puncak hidung, dan rongga sinus yang terletak di bagian belakang rongga hidung.
Secara gampang, sinusitis adalah radang atau infeksi yang terjadi dalam rongga sinus. Infeksi itu bisa terjadi di rongga sinus mana saja.
Rongga sinus yang kosong ini dapat terisi cairan infeksi yang berasal dari hidung. Cairan infeksi di hidung yang sering dan berlangsung lama dapat masuk ke rongga sinus.
Di sana, cairan infeksi yang biasanya kental-kuning-hijau-berbau tak bisa keluar lagi, kemudian menumpuk. Semakin lama proses infeksi di hidung dibiarkan, semakin banyak tumpukan cairan infeksi menumpuk di rongga sinus.
Secara prinsip, ada dua penyebab sinusitis. Pertama, alergi. Penyebab kedua, mikrorganisme. Yang paling sering menjadi penyebab adalah bakteri.
Kemudian, virus dan jamur. Bakteri penyebab sinusitis, antara lain, adalah haemophilus, staphylococcus, dan streptococcus.
Membicarakan penyebab, ada faktor yang biasa dikenal sebagai predisposisi. Pertama, faktor lokal, yaitu faktor yang terdapat di dalam hidung sendiri.
Pada keadaan normal, hidung berbentuk seperti piramid, makin ke atas makin sempit. Hidung terdiri dari tiga konka (tulang ceper melengkung yang menonjol ke dalam rongga hidung) yang terletak di tengah, atas, dan bawah.
Bentuk hidung normal terdiri dari puncak, dasar, dinding, serta sinus di balik pipi. Jika bentuk hidung normal, seseorang dapat bernafas dengan baik.
Namun, adakalanya terjadi sumbatan di hidung. Sumbatan dapat disebabkan pembengkakan konka. Pembengkakan yang agak besar dianggap banyak orang sebagai polip.
Kalangan awam sering bingung membedakan antara antara polip dengan pembesaran konka.
Sumbatan juga bisa disebabkan alergi. Ketika alergen (zat asing yang memicu reaksi alergi) datang,
berlangsung proses hipersensitifikasi. Hal ini membuat selaput lendir bengkak. Akibatnya, saluran sinus yang satu tidak selancar sinus yang lainnya.
Sebab ketiga dari sumbatan adalah polip yang membikin jalan udara tidak lancar. Walhasil, dapat terjadi masalah pada sinus-sinus yang memiliki jalan keluar lewat hidung.
Selain polip, sumbatan juga dapat disebabkan tumor. Keempat, konka agak sedikit menonjol sehingga jarak konka dengan ruangan lain tidak selalu bagus.
Kelima, tulang hidung yang bengkok sejak lahir atau karena pernah terbentur benda keras. Kalangan awam biasanya membiarkan tulang hidungnya bengkok. Padahal, tanpa disadari, sumbatan yang berlangsung lama dapat menyumbat sinus di sebelahnya.
Akibat struktur tulang hidung yang tidak simetris, rongga hidung kiri dan kanan tidak sama besar. Aliran udara yang masuk hidung kiri dan kanan tak sama volumenya. Perbedaan volume udara itu yang kerap memunculkan rasa pusing.
Faktor lain, adanya sumbatan benda asing. Galibnya, hal ini terjadi pada anak-anak.
Kendati menimbulkan gejala dalam bentuk iritasi dan lendir berlebihan mengucur, hal ini bisa tak menimbulkan masalah jika benda asing tersebut dikeluarkan. Namun, bila benda itu tak keluar dan iritasi berlangsung lama, sinustitis dapat terjadi.
Kedua, faktor regional, yaitu terletak di wilayah hidung dan sekitarnya. Predisposisi regional terjadi akibat masalah gigi atas. Terutama, di gigi premolar dan molar (terakhir). Bila masalah gigi berlubang tidak ditangani dengan baik, infeksi di sinus akan timbul.
Pemicu lain terjadinya sinusitis yakni masalah yang biasa terjadi pada anak kecil, yaitu adanya adenoid (tonsil yang membesar) yang merupakan grup dari kelenjar limpa.
Adenoid ini tidak terlihat dari luar. Umumnya, ketika anak berusia 12 tahun, adenoid telah mengecil. Tapi, jika adenoid masih besar, dapat terjadi sinusitis yang berasal dari adenoid yang terletak di bagian hidung paling belakang.
Hal yang harus dilakukan untuk mengobati sinusitis itu, adenoid harus diangkat.
Ketiga, sistemik. Hal ini menyangkut kondisi tubuh secara umum yang lebih sensitif bila infeksi menyerang. Secara umum, kondisi tubuh yang sensitif itu disebabkan malanutrisi.
Pada kondisi tersebut, penyakit ringan seperti pilek bisa menjadi parah dan memudahkan paparan sinusitis.
Sinusitis sendiri tak bisa dimutlakkan sebagai penyakit keturunan. Jika masalahnya adalah alergi, faktor keturunan bisa berperan. Tapi, jika penyebabnya adalah mikroorganisme, faktor keturunan tak bisa “ditimpakan” kesalahan.
Apa saja gejalanya?
Tanda-tanda pokok dari sinusitis adalah kehadiran lendir. Jadi, memang mirip flu. Cuma, pada penderita sinusitis, gejala yang disangka flu itu berlangsung terus menerus.
Sementara, flu biasanya bakal reda dalam beberapa hari. Untuk mendiagnosis sinusitis diperlukan sejumlah sarana diagnosis penunjang. Pemeriksaan radiologi dan rontgen sangat membantu diagnosis untuk mencapai ketepatan yang lebih tinggi.
Selain lendir di hidung, gejala sinusitis biasanya juga berupa sakit kepala, demam, tubuh lemah, dan lemas.
Prosesnya bisa tahunan dan keluhan sinusitis umumnya dimulai dengan hidung sering terasa buntu, nyeri kepala, dan infeksi hidung kerap kambuh.
Pada sinusitis yang kadung berat, hidung berbau tak sedap. Orang lain bahkan bisa mengendus bau tak sedap tersebut.
Jika sinusitis dibiarkan, proses penyakitnya akan terus berlanjut. Mungkin bertambah berat jika infeksinya terus berkembang. Jika lendir dari hidung telah berwarna kuning atau hijau, artinya ada proses infeksi di sana.
Bagaimana penanganannya?
Penanganan medis untuk kasus sinusitis tergantung pada tingkat keparahan. Juga tergantung penyebab kasus yang bersangkutan. Jika penyebabnya mikroorganisme, penderita diminta mengonsumsi antibiotik.
Juga dilihat apakah telah ada komplikasi ke tempat lain atau belum. Beberapa kasus sinusitis berkomplikasi ke mata.
Lama penyembuhan tergantung pada sejumlah hal. Yaitu, seberapa lama sinusitis berlangsung, seberapa berat kerusakan selaput lendir di rongga sinus, dan seberapa berat sinusitis merusak fungsi cilia (rambut getar untuk menghalau benda asing).
Prinsip pengobatan adalah memperbaiki drainase (pengeluaran cairan). Lendir yang susah keluar dikeluarkan dengan pemberian antihistamin dan dekongestan. Terkadang, dibantu fisioterapi.
Sinusitis yang masih ringan bisa diatasi dengan antibiotik. Kesulitannya, obat-obatan sukar menembus rongga sinus sehingga obat yang bisa masuk ke sana kecil saja.
Pada kasus sinusitis yang telah lanjut, obat biasanya tak menolong dan pilihannya hanya operasi.
Pada kasus yang parah, memang mungkin dilakukan operasi. Atau, yang dikenal dengan functional endoscopy sinus surgery (FESS).
Pada prinsipnya, dalam operasi ini, fungsi organ tetap dipertahankan. Jadi, sedikit mungkin merusak sinus yang sudah ada.
Apakah bisa sembuh total?
Sinusitis bisa disembuhkan total sepanjang selaput lendir dalam sinusnya belum rusak.
Setelah diobati, diharapkan cilianya kembali berfungsi sehingga mekanisme drainase bagus. Juga, faktor predisposisi bisa diatasi.
Yang sering membuat sinusitis kambuh adalah, misalnya, cilianya memang sudah tak berfungsi dengan baik. Akibatnya, drainase tidak lancar.