Memahami Diabetes Demi Kehidupan yang Lebih Baik
Share
PENUTUR.COM – Apakah keluarga Anda dan suami mempunyai riwayat penderita diabetes melitus? Bila ya, ada kemungkinan “si kecil” akan mengidap penyakit yang sama.
Jika belakangan ini anak Anda sering buang air kecil (terutama pada malam hari), cepat haus, cepat lapar, kehilangan berat badan, penglihatan buram, mengalami infeksi terus menerus, kulit kering dan terasa gatal, waspadailah gejala-gejala diabetes sudah menghampirinya.
Jumlah penderita diabetes terus meningkat. Pada 2045, International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia dapat mencapai 28,57 juta, meningkat 47% dibandingkan 2021.
Jumlah pada 2021 itu naik 167% dibandingkan dengan jumlah pada 2011, yang hanya mencapai 7,29 juta.
Pada 2021, jumlah kematian yang diakibatkan oleh diabetes di Indonesia mencapai 236.711. Itu peningkatan 58% jika dibandingkan dengan 149.872 pada 2011 lalu.
Sebagian besar kasus adalah diabetes tipe-2 yang diderita orang dewasa. Penyakit kencing manis pada anak-anak lazim disebut dengan istilah diabetes tipe 1.
Ada juga yang menyebutnya diabetes melitus juvenilis atau diabetes muda. Selain faktor turunan (genetis), diabetes tipe 1 juga terjadi karena sel-sel pangkreas terinfeksi virus. Akibatnya pembentukan hormon insulin oleh kelenjar pankreas di dalam tubuh terhambat.
Insulin dibutuhkan untuk mengalirkan zat gula (glukosa) hasil metabolisme karbohidrat ke dalam sel-sel tubuh guna diubah atau dibakar menjadi energi. Berkat insulin, kadar gula dalam darah bisa terkontrol dan tubuh selalu mendapatkan pasokan tenaga.
Bila insulin tidak bekerja sebagaimana mestinya, proses penyerapan glukosa ke dalam sel tubuh tidak lancar dan glukosa akan menumpuk di dalam darah.
Kelebihan zat gula dalam darah mengalir ke ginjal, mengakibatkan produksi air seni meningkat. Pendek kata, diabetes membuat kerja ginjal dan organ lain terganggu dan bila tidak ditangani dengan serius bisa menyebabkan kematian.
Pada kasus diabetes tipe 2 yang mengenai orang dewasa. Tubuh penderita diabetes dewasa tetap bisa memproduksi insulin. Namun karena suatu kelainan, insulin ini tidak bekerja secara efisien.
Zat gula menumpuk dalam darah karena tidak tersalurkan ke sel sel-sel tubuh dengan baik.
Anak-anak penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung pada suntikan insulin untuk menormalkan kadar gula di dalam darah. Suntikan insulin ini diberikan setiap hari dengan takaran dosis yang sesuai dengan kebutuhan si anak.
Kondisi tubuh yang “tidak sempurna” ini membuat mereka lebih rentan terkena risiko gangguan kesehatan dan komplikasi penyakit ketimbang penderita diabetes dewasa yang bisa melakukan pengobatan oral.
Walau sangat membantu memulihkan kondisi fisik anak, terapi insulin juga membawa efek komplikasi seperti hipoglikemia; keadaan kadar gula darah anak turun di bawah batas normal.
Bila hipoglikemia terjadi, anak akan memperlihatkan gejala-gejala yang memprihatinkan, tubuh gemetar, berkeringat, lelah, lapar, detak jantung cepat sekali, pandangan kabur, nyeri kepala, tubuh kesemutan, kejang-kejang, bahkan sampai pingsan.
Dalam kondisi parah, anak memerlukan suntikan glukagon untuk menaikan kadar gula darah kembali ke ambang normal.
Gejala hipoglekimia ini bisa diminimalkan dengan cara mengarahkan anak-anak penderita diabetes agar mau makan teratur, menyantap menu yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, dan rajin berolah raga.
Ini adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel yang menghasilkan insulin di pankreas. Meskipun diabetes tipe 1 jauh lebih jarang terjadi, ia membutuhkan manajemen yang ketat dan terus-menerus, termasuk insulin terapi seumur hidup.
Gejala awal diabetes pada anak bisa mirip dengan gejala pada orang dewasa. Beberapa gejala yang mungkin muncul pada anak-anak yang berisiko diabetes meliputi:
- Peningkatan rasa haus dan rasa lapar: Anak mungkin terlihat sangat haus dan merasa lapar secara berlebihan, bahkan setelah makan.
- Penurunan berat badan yang tidak diinginkan: Meskipun anak mungkin makan lebih banyak dari biasanya, namun berat badannya tetap turun atau sulit untuk naik berat badan.
- Sering buang air kecil: Anak mungkin mulai sering buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia).
- Kelelahan dan kelemahan: Anak mungkin tampak lelah dan lemah, terutama setelah aktivitas fisik.
- Perubahan dalam perilaku: Anak mungkin tampak lebih rewel atau mudah marah, atau mengalami perubahan dalam konsentrasi dan kinerja sekolah.
- Kadar glukosa darah tinggi: Anak mungkin mengalami gejala hiperglikemia, seperti kulit kering, gatal, dan infeksi yang sering.
- Perubahan penglihatan: Anak mungkin mengalami perubahan dalam penglihatan, seperti penglihatan kabur.
Bagaimana jika anak Anda terkena diabetes?
Simak beberapa langkah yang dapat membantu mengelola diabetes pada anak dan meningkatkan kualitas hidupnya:
- Pendidikan dan Pengetahuan: Edukasi adalah kunci untuk mengelola diabetes dengan baik. Ajari anak Anda tentang pentingnya memahami diabetes, memantau kadar glukosa darah, mengerti pengobatan mereka, serta menjaga gaya hidup sehat.
- Pantau Kadar Glukosa Darah: Pantau secara teratur kadar glukosa darah anak Anda. Ini membantu untuk menyesuaikan pengobatan mereka dan mencegah komplikasi.
- Rencanakan Makanan Sehat: Bersama seorang ahli gizi atau dokter, buatlah rencana makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan diabetes anak Anda. Pastikan anak Anda mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi.
- Aktivitas Fisik: Dorong anak Anda untuk tetap aktif secara fisik sesuai kemampuan mereka. Olahraga dan aktivitas fisik membantu mengontrol kadar glukosa darah, meningkatkan kesehatan jantung, dan menjaga berat badan yang sehat.
- Pantau Tekanan Darah dan Kolesterol: Diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Pastikan tekanan darah dan kolesterol anak Anda tetap terkendali dengan berkonsultasi secara teratur dengan dokter.
- Dukungan Psikologis: Diabetes dapat memengaruhi kesehatan mental anak Anda juga. Berikan dukungan emosional dan pastikan anak Anda merasa didengar dan didukung dalam menghadapi tantangan yang terkait dengan diabetes.
- Kolaborasi dengan Tim Perawatan Kesehatan: Kerjasama dengan tim perawatan kesehatan yang terdiri dari dokter, ahli gizi, pendidik diabetes, dan profesional kesehatan lainnya sangat penting untuk mengelola diabetes dengan baik.
- Sosialisasi: Pastikan anak Anda tetap terlibat dalam aktivitas sosial dan hobi mereka. Diabetes tidak boleh menghalangi mereka untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan tetap bersosialisasi dengan teman-teman mereka.
- Pantau dan Atasi Komplikasi: Waspadai tanda-tanda komplikasi diabetes dan tanggaplah dengan cepat jika ada gejala yang muncul. Diskusikan dengan dokter tentang langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.
- Dukungan Keluarga: Jadikan keluarga sebagai sumber dukungan dan bantu anak Anda merasa didukung dan dicintai dalam perjalanan mereka mengelola diabetes.
- Dengan pendekatan yang komprehensif dan dukungan yang tepat, anak dengan diabetes dapat menjalani kehidupan yang sehat dan bermakna.