Kehamilan Ektopik, Bila Janin Tumbuh di Luar Rahim
Share
PENUTUR.COM – Kehamilan di luar rahim menjadi salah satu penyebab utama kematian janin.
Janin yang normal akan tumbuh dan berkembang di rongga rahim. Namun sekitar 1-2 persen dari total kehamilan, janin malah tumbuh di luar rahim.
Normalnya, sel telur dengan sel sperma bertemu di saluran tuba Fallopii. Pertemuan tersebut menghasilkan embrio yang lambat laun akan bergerak turun ke rongga rahim dan melekat di dinding rahim.
Ada embrio yang melekat di tempat yang ia “suka”, misalnya di tuba Fallopii, di rongga perut, di kandung telur (ovarium), bahkan di leher rahim. Kasus yang paling banyak terjadi di tuba Fallopii. Kehamilan seperti itu disebut kehamilan ektopik.
Dampak Ektopik
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan ibu mengalami perdarahan sepanjang hidup. Bayangkan saja, bila embrio melekat pada saluran tuba Fallopii, maka sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin, tuba akan dipaksa untuk menyediakan pembuluh darah dan plasenta untuk pertumbuhan janin.
Padahal tuba Fallopii tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan embrio. Akibatnya, rongga tuba menjadi terdesak, membengkak, pecah, dan tentu saja berdarah.
Hal yang serupa juga akan terjadi bila kehamilan terjadi di kandung telur, rongga perut atau di leher rahim.
Penyebab Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik bermacam-macam. Yang paling utama adalah adanya ganguan perjalanan embrio dari tuba ke rongga rahim.
Perjalanan embrio ini menjadi sangat lambat sekali dan bahkan menjadi melekat di vili-vili (rambut-rambut halus) tuba Fallopii.
Beberapa kondisi diduga menyebabkan perlambatan ini yaitu infeksi radang panggul atau infeksi pada tuba. Selain itu, masih ada beberapa faktor risiko lainnya.
Deteksi Dini
Bila Anda mempunyai kehamilan esktopik, Anda akan merasakan gejala hamil secara umum atau kehamilan normal seperti muntah, sakit punggung, tidak menstruasi, payudara mengencang.
Namun ada juga gejala lain yang lebih spesifik mengarah pada kehamilan ektopik yaitu sakit di daerah panggul atau perut di bagian bawah pusar, kram di salah satu sisi panggul, dan adanya bercak darah keluar dari vagina.
Diagnosis kehamilan ektopik dapat dilakukan melalui pemeriksaan serum hCG (human chorigonic gonadotropin) dan estrogen dalam darah.
Pemeriksaan dapat menduga adanya kehamilan ektopik setelah seminggu terbentuknya zigot. Untuk memastikannya, Anda juga akan diminta menjalani pemeriksaan darah lainnya, misalnya kolesterol.
Selain itu, Anda juga perlu menjalani pemeriksaan USG. Bila Anda ektopik, rongga rahim akan terlihat kosong.
Apa yang akan dilakukan dokter bila Anda dipastikan mengalami kehamilan ektopik?
Tentu saja Anda akan dioperasi. Kadang-kadang, Anda diberikan obat yang bernama methotreksat untuk menghancurkan embrio secara perlahan-lahan.
Jadi, sebaiknya, periksalah kehamilan Anda pada minggu awal daripada Anda harus menjalani operasi beberapa minggu kemudian.
FAKTOR RISIKO KEHAMILAN EKTOPIK
- Pernah tubektomi (operasi pengikatan tuba untuk kontrasepsi)
Pengguna kontrasepsi IUD - Mengkonsumsi pil progesteron
- Riwayat ektopik di keluarga
- Pernah menjalani prosedur bayi tabung
- Infeksi radang panggul
- Infeksi lain atau perdarahan pada tuba Fallopii