Fakta di Balik Video Gadis Cilik Penghunus Pisau dan Kapak yang Digoreng Elon Musk
Share

PENUTUR.COM – Banyak negara agaknya perlu mewaspadai Elon Musk. Pengusaha pemilik platform sosial X ini bisa disebut sebagai “penghasut” dan “provokator” kelas dunia.
Saat ini, Elon Musk memprovokasi rakyat Inggris dan Skotlandia untuk membenci migran melalui sebuah video gadis kecil Skotlandia, yang memegang pisau dan kapak. Narasi yang dimunculkan: perempuan itu membela saudarinya dari pelecehan oleh seorang pendatang atau migran.
Tweet Musk pada 27 Agustus 2025:
“Pemerintah macam apa yang menangkap gadis kecil yang berusaha membela diri?”
“Setiap ‘otoritas’ yang menangkap seorang gadis kecil karena mencoba melindungi adiknya seharusnya menundukkan kepala mereka karena malu!”
Tommy Robinson menulis: “Sangat memprihatinkan video dari Dundee, Skotlandia. Gadis-gadis muda yang sangat ketakutan sedang direkam oleh seorang migran.”
Tommy Robinson yang aslinya bernama Stephen Yaxley-Lennon adalah aktivis Inggris pembenci imigran, terutama muslim. Ia berusaha mengaku sebagai Yahudi namun ditolak komunitas Yahudi Inggris. Ia beberapa kali ditangkap berdasarkan Undang-Undang Terorisme.
Ia diselidiki otoritas Inggris sebagai penghasut yang menyulut kerususahan massal tahun lalu. Ia dituduh menyebarkan klaim palsu bahwa pelaku penusukan di Southport adalah migran Muslim, yang memicu kerusuhan anti-imigran di berbagai wilayah Inggris.
Waktu itu, Musk juga turut menyebarkan hasutan dengan tweet, “Perang saudara tidak bisa dihindari.” Publik Inggris sendiri terbelah antara pembenci imigran dan yang tidak. Bagi Musk, polarisasi ini akan mengarah ke perang saudara.
Meski Musk tidak secara terbuka menyatakan kebencian terhadap muslim, ia dekat dan sering mengulang tweet tokoh pembenci Islam seperti Tommy Robinson dan akun pendukung Zionis, @visegrad24. Mereka ini sering menyatakan bahwa Inggris dan Eropa sudah dikuasai imigran, terutama muslim.
Kenyataannya, pelaku penusukan adalah Axel Rudakubana, seorang remaja berusia 17 tahun yang lahir di Cardiff, Wales, dari orang tua Rwanda, dan dibesarkan di Inggris.
Baik Musk maupun Robinson tidak berhenti. Mereka kembali menyebarkan semangat kebencian terhadap migran dengan memakai kasus gadis keci di Dundee itu. Apalagi Tommy Robinson sedang menggalang aksi massal anti-migran pada 13 September nanti.
Musk dengan semangat kembali memprovokasi pada 30 Agustus. Ia menulis: “Rakyat bangsa besar Britania & Irlandia, bersatulah SEKARANG untuk menyelamatkan negeri indahmu!
Sekarang atau tidak sama sekali. Berjuang, berjuang, berjuang!”
Fakta Pelecehan Gadis Cilik oleh Imigran
Sebuah video singkat dari Dundee yang menampilkan perempuan berusia 12 tahun mengacungkan pisau dan kapak kepada seorang pria muda awalnya hanya terlihat sebagai insiden lokal.
Namun, setelah menyebar di platform X pada 23–24 Agustus 2025, peristiwa itu berubah menjadi bahan bakar kampanye kebencian berskala global. Gadis kecil itu dianggap sebagai model “Bravehart”, film Mel Gibson tentang perjuangan Skotlandia.
Ada pengguna X yang men-tweet dengan huruf besar: “APAKAH KITA, BRITANIA RAYA YANG AGUNG, ADALAH NEGARA YANG MEMBIARKAN ANAK-ANAK KITA, PUTRI-PUTRI KITA, ATAU KEPONAKAN PEREMPUAN KITA, DIBIARKAN SENDIRI, UNTUK BERJUANG SENDIRI. LIHAT GAMBAR INI. LIHAT GADIS MUDA INI, DIA DITANGKAP HANYA KARENA MEMASTIKAN BAHWA DIA DAN ADIKNYA TIDAK DICULIK, DIPERKOSA, DAN DIBUNUH.”
Cuitan-cuitan seputar imigran ini kemudian banyak yang mengarah kepada muslim. Misalnya, “Polisi yang menangkap gadis 14 tahun itu — karena mengacungkan pisau dan kapak untuk melindungi adiknya yang berusia 12 tahun dari migran — menudingnya sebagai “misinformasi”, meski kemudian juga menangkap salah satu pria Muslim yang terekam melecehkan kedua gadis tersebut.”
Meski banyak aktivis di X secara eksplisit menuding pria dalam video itu sebagai “muslim”, faktanya ia adalah seorang Kristen asal Bulgaria. Tagar seperti #MuslimGroomingGangs dan #ProtectOurGirls mulai ramai, mengaitkan insiden Dundee dengan kasus lama pelecehan seksual di Rotherham dan Rochdale yang melibatkan geng pria muslim asal Asia.
Pria dalam video adalah Fatos Ali Dumana, adalah warga Bulgaria yang sudah tinggal secara legal di Dundee sejak 2021 bersama istri dan bayi mereka.
Pria yang memiliki tato seperti “salib” di leher kanannya itu menegaskan:
“Saya bukan migran ilegal. Saya tidak menyakiti siapa pun. Saya manusia, bukan binatang.”
Polisi Skotlandia mengonfirmasi bahwa Dumana tidak melakukan pelanggaran apa pun, sementara siswi 12 tahun yang membawa pisau dan kapak justru ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata berbahaya.
Fakta ini telah diungkapkan banyak media besar seperti The Guardian (https://www.theguardian.com/uk-news/2025/aug/28/police-scotland-warn-misinformation-12-year-old-girl-dundee) dan Daily Mail (https://www.dailymail.co.uk/news/article-15040815/The-truth-migrant-Dundee-schoolgirl-brandished-knife-wrong-rabble-rousers-Elon-Musk-Tommy-Robinson-were.html).
Kepala Inspektur Polisi Skotlandia, Nicola Russell, berkata:
“Kami sadar adanya penyebaran informasi salah di media sosial terkait insiden ketika pasangan Bulgaria didekati oleh sekelompok remaja di St Ann Lane, Dundee, pada Sabtu, 23 Agustus 2025.”
Perdana Menteri Skotlandia John Swinney mengatakan, “Orang-orang seperti Elon Musk, dengan misinformasi yang telah ditiupkan terkait kasus ini, sedang berusaha merusak rasa kebersamaan dalam komunitas kita dan itu sama sekali tidak dapat diterima. Polisi Skotlandia telah bersikap benar dengan mengecam hal tersebut.”
Apa isi videonya?
Kejadian yang direkam Dumana terjadi akhir pekan lalu di tepi kota Dundee.
Dalam video, gadis yang mengenakan celana jogging robek dan kaus biru tua itu ditahan oleh seorang gadis lain yang mengaku sebagai kakaknya agar tidak mendekati Dumana.
Dengan tangan di belakang, ia berteriak: “Aku umur 12, brengsek! Kamu mukul anak-anak, brengsek! Dasar pemukul anak!”
Dumana terdengar berkata: “Tunjukkan pisaunya, tunjukkan pisaunya.”
Gadis itu lalu mengeluarkan sebilah pisau besar dan kapak ke arah kamera.
Ia kemudian berkata, “Itu dia, itu dia, tunjukkan pisaunya.”
Gadis lain terdengar berteriak: “Jangan sentuh adikku, dia baru 12 tahun! Dia baru 12 dan kamu baru saja memukulku!”
Awalnya gadis bersenjata itu berjalan pergi dan mencoba menyembunyikan senjata di balik kausnya. Namun ia berbalik lagi sambil berkata dua kali: “Tunggu sampai aku nangkep kamu, brengsek!”
Seorang perempuan lain—diduga istrinya Yulianova—terdengar bicara dalam bahasa Bulgaria, lalu ia menjawab dengan bahasa yang sama.
Ia kembali berkata: “Ya, tunjukkan pisaunya.”
Kemudian gadis kedua berdiri di antara mereka sambil berkata: “Jangan sentuh dia,” sebelum rekaman berakhir.
Video itu kini viral dan ditonton jutaan kali.
Musk Menghasut Sayap Kanan
Namun, terlepas dari fakta itu, narasi kebencian terlanjur mengakar. X di bawah kepemimpinan Musk semakin dikenal longgar dalam moderasi konten. Banyak pengamat menilai platform ini justru memberi ruang besar bagi ujaran kebencian anti-Muslim dan anti-imigran.
Humza Yousaf, mantan Perdana Menteri Skotlandia yang juga Muslim, menegaskan: “Siapa sangka, sayap kanan penuh omong kosong.”
Ia menambahkan bahwa misinformasi seperti ini berbahaya karena menyasar komunitas Muslim secara luas, meski pelaku insiden sama sekali bukan Muslim.
Kasus Dundee memperlihatkan bagaimana sebuah insiden lokal bisa direbut, dipelintir, dan dipakai sebagai amunisi propaganda. Melalui X, Musk dan simpatisannya berhasil menggiring narasi: dari sekadar cekcok jalanan menjadi isu kebencian rasial dan Islamofobia.
Akibatnya, bukan hanya Fatos Dumana yang jadi korban tuduhan palsu, tetapi komunitas Muslim di Skotlandia juga terkena imbas sentimen anti-imigran yang terus digoreng.
Musk tidak hanya menggoreng para ultra-nasional Amerika Serikat yang membenci imigran. Warga Amerika Serikat (AS), Afrika Selatan, dan Kanada ini juga menggoreng sayap kanan di Eropa, seperti Jerman dan Inggris.
Menjelang pemilu federal Jerman 2025, Musk dengan terang-terangan menyatakan dukungannya kepada partai sayap kanan radikal, AfD. Dalam cuitannya, ia menulis:
“Only the AfD can save Germany.” kata Elon Musk, Desember 2024.
Komentar ini mendapat penolakan dari banyak pejabat Jerman, termasuk Kanselir Olaf Scholz yang menegaskan bahwa demokrasi Jerman tidak perlu “diselamatkan” oleh orang asing.
Ia juga merecoki Brasil karena ia teman presiden Brasils sebelumnya, Bolsonaro. Sementara pemerintah Brasil saat ini memblokir X karena banyak akun-akunnya menyebarkan disinformasi. Ia merespons melalui X dengan cuitan seperti:
“Kebebasan berbicara adalah fondasi demokrasi, dan seorang pseudo-hakim yang tidak terpilih di Brasil sedang menghancurkannya untuk tujuan politik.” kata Elon Musk, Agustus 2024.
Musk bahkan menuduh otoritas Brasil yang dipimpin Presiden Lula da Silva sebagai diktator dan menantang keputusan mereka—sebuah provokasi yang memperumit hubungan antara X dan Brasil.
Musk juga menyuarakan dukungan pada oposisi Venezuela. Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, diduga melakukan kecurangan pemilu. “Memalukan Diktator Maduro”, kata Musk pada Agustus 2024.
Unggahan ini dianggap turut memicu ketegangan politik di Venezuela.
Musk berusaha menampilkan citra sebagai pendukung kebebasan bicara, tapi ia lebih terlihat sebagai seorang provokator sayap kanan.
Ini seperti halnya citra “Bravehart” yang disematkan kepada gadis cilik asal Dundee itu, citra itu sama sekali tidak berdasarkan fakta.