EU Serukan Gencatan Senjata Imbas Kian Meningkatnya Serangan Israel-Hizbullah
Share
PENUTUR.COM – Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU) Josep Borrell, Minggu (22/9), menyatakan “kekhawatiran yang sangat besar” atas meningkatnya kekerasan antara Lebanon dan Israel, serta menyerukan gencatan senjata segera.
Dalam sebuah pernyataan, Borrell menyoroti serangan baru-baru ini di ibu kota Lebanon, Beirut, yang menewaskan sedikitnya tiga anak di tengah kekerasan lintas batas antara Israel dan kelompok Hizbullah.
“Gencatan senjata sangat mendesak, di seluruh Garis Biru seperti di Gaza,” kata Borrell, menekankan kerugian yang diderita warga sipil kedua belah pihak.
Garis Biru berfungsi sebagai batas yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki Israel.
Pejabat Uni Eropa tersebut memperingatkan dampak perang skala penuh terhadap kawasan tersebut dan menekankan perlunya “upaya mediasi diplomatik yang intensif dan baru.”
Borrell juga menyerukan penerapan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang bertujuan untuk menyelesaikan permusuhan antara Israel dan Hizbullah, serta mencakup ketentuan untuk penempatan pasukan Lebanon dan PBB di Lebanon selatan.
Situasi yang meningkat ini akan menjadi prioritas pada ajang Sidang Umum PBB mendatang, kata Borrell menambahkan.
Kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, memasuki babak baru konfrontasi dengan Israel, kata Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem pada Ahad (22/9).
“Kami telah memasuki babak baru yang disebut Pertempuran Menuntut Balas,” kata Qassem seperti dikutip penyiar Al Mayadeen.
Pada Ahad pagi, Hizbullah mengatakan anggotanya berhasil menyerang kompleks industri militer Israel Rafael, di bagian utara Kota Haifa, sebagai balasan dari sederet ledakan perangkat elektronik pekan ini.
Lebanon menyalahkan Israel atas peristiwa meledaknya beragam alat komunikasi elektronik tersebut.
Seperti diketahui pada 17-18 September, banyak penyeranta dan walkie-talkie meledak di berbagai wilayah di Lebanon, sehingga menewaskan 45 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang lainnya.
Otoritas Israel tidak membenarkan atau pun membantah keterlibatan mereka dalam serangan tersebut.
Sebelumnya pada Rabu (18/9), Kepala Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan babak baru dalam upaya perang Israel di wilayah tersebut, dengan fokus bergeser ke garis depan wilayah utara negara Zionis itu.