Bongkar Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat, Mahfud MD Siap Diperiksa KPK
Share
PENUTUR,COM — Manntan Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan kesiapannya jika dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan tindak pidana korupsi atau penggelembungan anggaran (mark up) proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Namun, Mahfud menolak jika diminta untuk membuat laporan resmi ke KPK terkait kasus tersebut.
“Kalau dipanggil, saya akan datang. Tapi kalau disuruh lapor, ngapain. Buang-buang waktu juga,” kata Mahfud ditemui di Sasono Hinggil Dwi Abad, Keraton Yogyakarta, Minggu (26/10).
Mahfud menilai KPK sudah mengetahui isu dugaan mark up tersebut jauh sebelum dirinya mengungkapkannya melalui kanal YouTube pribadinya pada 14 Oktober 2025.
“Yang saya sampaikan itu KPK sudah tahu, karena sebelum saya ngomong sudah ramai duluan. Saya cuma ngomong karena sudah jadi pembicaraan publik. Mestinya KPK memanggil orang yang lebih dulu bicara soal Whoosh itu, banyak kok yang punya data dan terlibat dalam kebijakan,” ujarnya.
Sebelumnya, KPK melalui juru bicaranya, Budi Prasetyo, meminta Mahfud MD melaporkan secara resmi dugaan korupsi proyek kereta cepat Whoosh yang ia ungkap.
“KPK mengimbau bagi masyarakat yang mengetahui informasi awal ataupun data awal terkait adanya dugaan tindak pidana korupsi, maka silakan dapat menyampaikan aduan tersebut kepada KPK melalui saluran pengaduan masyarakat,” ujar Budi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (16/10).
Budi menjelaskan, setiap laporan yang masuk sebaiknya disertai informasi pendukung atau data awal agar proses penelaahan dan verifikasi lebih akurat.
“KPK akan mempelajari dan menganalisis setiap laporan masyarakat, apakah termasuk dugaan tindak pidana korupsi atau tidak. Jika menjadi ranah KPK, tentu akan ditindaklanjuti,”katanya.
Menurut Budi, bila temuan bukan menjadi kewenangan KPK, laporan dapat diteruskan kepada lembaga terkait sebagai bentuk perbaikan sistem dan tindak lanjut.
Dalam video di kanal Mahfud MD Official, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menyinggung adanya selisih besar biaya pembangunan proyek kereta cepat Whoosh antara perhitungan versi Indonesia dan versi China.
Mahfud menyebut, perhitungan versi Indonesia mencapai sekitar US$52 juta per kilometer, sementara versi China hanya US$17-18 juta per kilometer.
“Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. Itu mark up. Harus diteliti siapa yang melakukan,” ujar Mahfud dalam video tersebut.


