Benarkah Puber Kedua itu Ada? Mengapa Pria Usia 40-an Menjadi Lebih Genit?
Share
PENUTUR.COM – Di balik kalimat live begins at forty sebetulnya menyelinap tudingan atau bahkan semacam permakluman bahwa pada usia itu seorang pria akan tampil lebih genit.
Konon, hal itu merupakan tanda puber kedua sedang menjalari tubuh dan jiwa seorang pria.
Hal sebaliknya terjadi pada kaum wanita. Usia 40 mengantarkan mereka pada sejumlah penurunan kualitas biologis.
Terjadi menopause, dan penyusutan timbunan lemak sehingga tampak keriput.
Meski sama-sama mengalami penurunan kualitas biologis, para pria justru berperilaku lebih kontradiktif: enggan tampil tua, mulai senang kembali berpetualang, produktivitas hidup meningkat; makin mahir bernegosiasi, memukau dalam karir dan bisnis.
Kondisi yang bertolak belakang ini kerap menghantui kerukunan pasangan suami istri yang sama-sama memasuki usia ‘lampu kuning’.
Tak heran bila awam sering menyebutkan pada usia inilah sesungguhnya perkawinan memasuki masa yang menentukan.
Mengapa pria jadi lebih genit?
Seringkali kekisruhan perkawinan dimulai karena tingkah laku suami yang terkesan ganjil. Lebih sering bersiul-siul, pesolek, tak jarang mulai berani menyebutkan, “Wah dia cantik benar yaa..,” saat menonton seorang artis berperan di televisi atau bioskop.
Anehnya, dalam aktivitas seksual di rumah, si pria terkesan dingin. Akibatnya muncul anggapan sang istri bahwa dirinya tak lagi diinginkan suami.
Anggapan yang dapat meliar hingga menumbuhkan tudingan bahwa sang suami sudah memiliki ‘lahan’ lain di luar sana. Tempat ia menuntaskan hasrat seksualitasnya dengan gairah yang menggebu-gebu.
Ada tiga faktor penyebab perubahan seksualitas. Pertama, perubahan sosial ekonomi dan pola aktifitas. Memasuki usia ke empat puluh kebanyakan orang memasuki suatu masa kemapanan.
Perubahan tersebut biasanya berpengaruh positif. Suami istri akan semakin banyak memiliki kesempatan untuk berdua dan menikmati kehangatan seksual.
Kedua, pada usia empat puluh tahunan, berbagai gangguan kesehatan mulai muncul, seperti kencing manis, kolesterol tinggi, darah tinggi, serta penyakit lainnya.
Akibat kondisi kesehatan menurun, kinerja seksual seseorang pun dapat menurun. Kondisi tersebut bisa ditanggapi secara positif dengan melakukan upaya medis, bisa pula direspons secara negatif dengan melakukan petualangan seksual.
Ketiga, penolakan terhadap proses penuaan. Sebagian orang, di alam bawah sadarnya berusaha menolak realitas tersebut.
Pada orang-orang tertentu, penolakan tadi juga diekspresikan dalam beragam affair. Seringkali dilakukan dengan orang-orang yang jauh lebih muda.
Krisis Masa Pertengahan
Istilah “puber” berasal dari kata “pubes” yang artinya rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan. Kondisi ini dialami oleh anak berusia belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Jadi tidak aneh jika para ahli menyebutkan sesungguhnya puber kedua tidak dikenal dalam istilah kesehatan.
Mungkin yang sekarang kadang-kadang terdengar adalah istilah male menopause atau krisis masa pertengahan.
Istilah “menopause” untuk pria sesungguhnya rada tidak tepat, karena meno (bahasa Yunani) berhubungannya dengan menstruasi.
Pada pria yang memasuki usia empat puluhan, mulai terjadi perubahan biologis. Jadi, bisa dibilang menopause pada pria ini adalah terjadinya perubahan akibat proses “penuaan” dengan masuknya ke usia pertengahan.
Akan ada perubahan dalam fisik, emosional, dan yang paling dikhawatirkan adalah seksualitas. Bila pada perempuan jelas tampak dengan terhentinya haid, tidak demikian dengan pria.
Bahkan menurut penelitian, perubahan itu menunjukkan bahwa pria masih bisa berkualitas atau ereksi sampai akhir hayatnya.
Dengan bertambahnya usia, maka penurunan kualitas pun makin terasa secara fisik. Ketidaksiapan menerima proses penuaan ini, memicu pria melakukan berbagai aktivitas.
Targetnya hanya satu: menunjukkan eksistensi dirinya dan mengabarkan pada dunia bahwa dirinya masih semampu dulu. Karena ingin membuktikan dirinya masih berkualitas, membuat para pria berusaha menunjukkan dirinya dengan bertingkah yang mungkin terlihat agak aneh-aneh. Salah satunya dengan bersikap genit.
Memang, tak semua pria menunjukkan gejala ini, karena reaksi psikologis tidak sama pada semua orang. Ada yang menjadi depresi, ada juga yang biasa-biasa saja.
Juga, ada orang yang lebih bisa menerima keadaan dan sejak muda telah menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua.
Bagaimana menghadapi perubahan pada pasangan? Kalau suami istri sudah merasa komunikasi tidak baik, kemudian diam-diam saja, malah tambah ruwet. Misalnya si istri menyangka suaminya menyeleweng, padahal tidak, bisa-bisa memicu pertengkaran.
Kalau komunikasi terbina dengan baik, tidak akan terjadi misunderstanding, dan krisis masa pertengahan ini akan terlewati dengan baik.
Fase Hormonal Pria
Seperti halnya perempuan, hormon kaum pria juga mengalami perubahan seiring dengan usa. Namun puber kedua tampaknya sama sekali tidak terkait dengan perubahan hormon seperti halnya puber pertama. Simak beberapa perubahan pria di usia 20, 20, dan 40-an.
Di usia 20-an
- Selama periode ini, Anda terus mengalami pematangan fisik saat Anda beralih dari masa remaja. Ini termasuk perubahan fisik seperti:
- Maksimum massa tulang. Anda mencapai puncak massa tulang, yang merupakan jaringan tulang terbanyak yang akan Anda miliki seumur hidup.
- Maksimum massa otot. Otot Anda juga mencapai puncak massa dan kekuatannya.
- Pertumbuhan prostat yang melambat. Selama pubertas, prostat Anda tumbuh dengan cepat. Tetapi pada usia 20, prostat mulai tumbuh sangat lambat.
Di usia 30-an
- Pada pertengahan usia 30-an, kadar testosteron Anda secara bertahap menurun. Namun, ini tidak akan menyebabkan tanda-tanda yang terlihat.
- Perubahan fisik yang Anda alami biasanya terkait dengan penuaan secara umum. Ini mungkin termasuk:
- Penurunan massa tulang. Massa tulang Anda perlahan-lahan menurun di usia pertengahan atau akhir 30-an.
- Penurunan massa otot. Anda mulai kehilangan massa otot.
- Perubahan kulit. Anda mungkin mengembangkan kerutan atau bercak usia di akhir 30-an.
- Rambut beruban. Setelah usia pertengahan 30-an, Anda lebih mungkin mengembangkan rambut beruban.
Di usia 40-an
- Perubahan yang terjadi di usia 30-an berlanjut ke usia 40-an.
- Pada saat yang sama, perubahan fisik akibat penurunan testosteron akan menjadi lebih terlihat. Perubahan ini dikenal sebagai menopause pria atau andropause.
- Redistribusi lemak. Lemak mungkin menumpuk di perut atau dada Anda.
- Penurunan tinggi badan. Di tulang belakang Anda, cakram antara vertebra Anda mulai menyusut. Anda mungkin kehilangan 1 hingga 2 inci tinggi.
- Prostat yang membesar. Prostat Anda mengalami pertumbuhan spurt lain. Ini mungkin membuat sulit buang air kecil.
- Disfungsi ereksi. Saat testosteron menurun, menjadi lebih sulit untuk mempertahankan ereksi.