Banjir Dahsyat Sumatera Menelan Banyak Korban, Data Terbaru 441 Tewas dan 406 Hilang
Share
PENUTUR.COM — Upaya penanganan darurat terus dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama pemerintah daerah, TNI, Polri, dan jaringan relawan di berbagai wilayah Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Seluruh tim gabungan bekerja di lapangan untuk menangani dampak banjir dan longsor yang menimbulkan korban jiwa serta kerusakan besar dalam sepekan terakhir.
Fokus utama penanganan saat ini mencakup pencarian korban yang masih hilang, penyelamatan warga yang terjebak, dan pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi.
Selain itu, pembukaan akses jalan menuju wilayah yang masih terisolasi juga menjadi prioritas, mengingat banyaknya lokasi terdampak yang belum bisa dijangkau kendaraan.
Data terkini yang dirilis BNPB menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal paling banyak berada di Provinsi Sumatera Utara.
Total 216 warga dilaporkan meninggal akibat banjir bandang, longsor, serta kerusakan di sejumlah titik pemukiman.
Di Aceh sendiri, jumlah korban jiwa mencapai 96 orang, sementara Sumatera Barat melaporkan 129 korban meninggal.
Prabowo Belum Tetapkan Darurat Bencana Nasional, Meski Ratusan Korban Tewas di Sumatera
BNPB juga mencatat, sedikitnya 406 orang berstatus hilang di tiga provinsi tersebut. Selain itu, terdapat 646 warga yang mengalami luka-luka, baik ringan maupun berat.
Sementara itu, jumlah masyarakat terdampak mencapai sekitar 1,1 juta jiwa, dan lebih dari 209 ribu di antaranya harus tinggal di lokasi pengungsian sementara.
Kerusakan infrastruktur menjadi hambatan besar dalam operasi penanganan bencana. BNPB melaporkan bahwa ratusan rumah penduduk berada dalam kondisi hancur atau tidak layak huni.
Sekitar 827 rumah mengalami kerusakan berat, 694 rumah rusak sedang, dan 1.300 rumah lainnya mengalami kerusakan ringan.
Kerusakan fasilitas pendidikan juga cukup besar, dengan 43 unit bangunan sekolah dilaporkan turut terdampak.
Jembatan yang menjadi penghubung antarwilayah ikut rusak parah.
Sedikitnya 133 jembatan berada dalam kondisi terputus atau tidak dapat dilalui, sehingga memperlambat proses penyaluran logistik dari kabupaten lain ke daerah pusat bencana.
Pemerintah daerah kini mengerahkan alat berat untuk memperbaiki akses darurat, sementara TNI mengoperasikan kendaraan khusus untuk membawa logistik ke daerah yang tidak dapat dilewati kendaraan umum.


