Bahaya Infeksi Cacingan terhadap Tumbuh Kembang Anak
Share
PENUTUR.COM – Anda jangan menganggap cacingan sebagai perkara sepele. Penyakit ini bisa dikategorikan berbahaya karena dapat mengganggu pertumbuhan anak.
Prevalensi cacingan di seluruh dunia masih cukup tinggi. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, menunjukkan lebih dari 1,5 miliar orang di dunia (24% dari jumlah penduduk dunia) terkena infeksi cacingan.
Sementara data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi cacingan pada beberapa provinsi di Indonesia untuk usia 1-12 tahun berada pada tingkat yang cukup tinggi yakni 30-an persen.
Cacingan terkait erat dengan faktor kebersihan. Jadi, biasakan hidup bersih dan sehat.
Ajarkan anak untuk selalu mandi, mencuci tangan dengan sabun, memakai sendal atau sepatu bila berjalan keluar rumah, mengunting kuku, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Kenali parasit-parasit dalam perut itu serta bahayanya.
Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Perkembangan larva dan telurnya subur di daerah tropis yang sanitasinya yang kurang baik. Cacing ini tidak menghisap darah penderita, namun menghisap karbohidrat sehingga penderita dapat mengalami kekurangan gizi. Reaksi alergi terhadap protein cacing bisa muncul sebagai asma bronkial.
Gejala: cengeng, nyeri perut, perut buncit, mual dan kadang-kadang muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, dan diare. Sering terjadi cacing-cacing gelang ini berkumpul dalam usus membentuk bola. Akibatnya, terjadi sumbatan di saluran pencernaan anak.
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
Cacing ini biasanya terdapat dalam usus dan dianggap cacing nonpatogen (tidak membawa penyakit). Jika jumlahnya banyak dan daya tahan penderita kurang baik, cacing cambuk dapat menyebabkan kelainan. Bagian belakang cacing yang melekat pada mukosa usus dapat mengakibatkan perdarahan kronis (yang dapat menyebabkan anemia) serta kerusakan mukosa usus.
Gejala: pada infeksi ringan, cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas. Pada infeksi berat, terasa nyeri di daerah perut yang disertai dengan muntah-muntah, sembelit, perut kembung, diare dengan tinja yang bergaris-garis merah darah, dan berat badan berkurang.
Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale)
Larvanya masuk ke tubuh manusia dengan menembus kulit dan masuk dalam saluran darah. Dalam waktu 3 hari larva akan mencapai paru.
Gejala: bergantung dari jumlah cacing yang bersarang dalam rongga usus. Seekor cacing dewasa akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,03 ml per hari. Anemia akan terlihat semakin parah jika makanan yang dikonsumsi tidak kaya protein. Selain lemah, lesu, pusing dan nafsu makan berkurang, pada keadaan yang berat dan lama, cacing ini dapat mengakibatkan gangguan fisik dan mental anak.
Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
Cacing ini masuk lewat mulut melalui makanan, tangan yang terkontaminasi dan debu yang mengandung telur cacing. Cacing ini bersarang di usus besar.
Gejala: pruritus ani (rasa gatal yang hebat pada daerah anus). Pada waktu malam, cacing bergerak ke arah anus dan meletakkan telurnya dalam lipatan-lipatan kulit sekitar anus. Akibatnya anak akan terus menggaruk anusnya dan kurang tidur.Akibat lebih lanjut anak menjadi lebih rewel, ngantuk, dan cengeng.
Cacing Pita (Cestoda)
Cacing pita masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk larva melalui daging yang tidak dimasak dengan baik. Walau infeksi cacing pita dewasa jarang ditemukan, ada beberapa jenis yang termasuk sering ditemukan, misalnya di dalam daging babi, daging sapi, dan ikan.
Gejala: diare, keram perut, mual, gas dalam perut. Jika larva masuk jaringan otak akan menyebabkan kemerosotan mental, meski ini jarang terjadi.