Pasca Terbunuhnya Pemimpin Hamas, Amerika Serikat Waspadai Reaksi Iran Atas Israel
Share
PENUTUR.COM – Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat usai tewasnya Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Palestina Hamas beberapa waktu lalu.
Amerika Serikat bahkan telah memperingatkan kemungkinan serangan yang dilakukan Iran yang menargetkan wilayah Palestina yang diduduki Israel.
“Iran telah membuktikan bahwa mereka mampu dan bersedia untuk melancarkan serangan besar terhadap Israel,” kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih AS, John Kirby mengatakan kepada MSNBC pada Kamis (1/8).
Kirby lantas merujy pada kemampuan Iran pada Operasi True Promise, serangan multi-cabang yang diluncurkan oleh Republik Islam Iran terhadap wilayah yang diduduki pada 13 April lalu.
Dalam serangan tersebut, negara tersebut menembakkan lebih dari 300 pesawat nirawak dan rudal ke wilayah tersebut.
Hal ini sebagai respons atas pembunuhan rezim Israel terhadap dua jenderal Pasukan Quds dari Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan rekan-rekan mereka di ibu kota Suriah, Damaskus.
Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei memperingatkan rezim Israel akan “tanggapan keras” dan menegaskan bahwa adalah tugas Republik Islam Iran untuk membalas dendam atas darah pemimpin perlawanan.
“Kita harus menanggapi peringatan pemimpin tentang balas dendam dengan serius,” kata Kirby, dikutip dari laman MEHR News Agency, Jumat (2/8).
“Kita mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk memastikan pertahanan diri kita dan sekutu kita di kawasan ini,” ujar Kirby.
Iran bukan satu-satunya pihak yang mengancam rezim Israel, gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon juga telah bersumpah untuk membalas dendam atas darah Fuad Shukr, salah satu komandan militer seniornya, yang juga dibunuh oleh rezim Israel dalam sebuah serangan terhadap Beirut pada Selasa.
Baru-baru ini, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan bahwa pertempuran melawan rezim Israel telah memasuki fase baru setelah pembunuhan ganda tersebut.
“Israel telah melewati batas merah dalam pembunuhan tersebut dan harus menghadapi kemarahan dan balas dendam di semua lini,” kata Sayyed Hassan Nasrallah.