Ekonom UI Sebut Tiga Industri Terancam PHK Massal Diantaranya Manufaktur, Teknologi dan Perbankan
Share
PENUTUR.COM – Hingga saat ini, badai pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terus melanda Indonesia. Dilansir dari data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), sudah ada sebanyak 32.064 pekerja yang menjadi korban PHK pada paruh pertama tahun 2024 ini.
Menurut keterangan Peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Muhammad Hanri, ada tiga sektor industri yang akan mengalami PHK pekerja paling besar.
Adapun tiga sektor industri yang terdampak PHK massal antara lain manufaktur, teknologi dan perbankan.
“Beberapa sektor memang memiliki tingkat PHK yang lebih tinggi dari sektor lainnya,” ujar Hanri dalam keterangan tertulis resminya pada Jumat (20/9).
Menurut Hanri, tingginya angka PHK dari ketiga sektor tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah faktor penurunan permintaan pasar internasional, yang menyebabkan menurunnya sektor industri manufaktur.
Hal ini juga didukung oleh data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), yang menyebutkan bahwa ribuan pekerja di sektor tekstil dan garmen mengalami PHK sepanjang tahun 2022 dan 2023.
“Hal ini banyak terjadi di daerah-daerah pusat industri tekstil, seperti Jawa Barat,” jelas Hanri.
Sementara itu menurut keterangan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker, Indah Anggoro Putri, tingkat PHK paling banyak terjadi di daerah Jawa Tengah, yang kemudian disusul oleh DKI Jakarta dan Banten.
Peneliti dari LPEM FEB UI, Muhammad Hanri ungkap terdapat tiga sektor industri yang menjadi mengalami PHK pekerja paling besar.-dok disway-
“Jawa Tengah, kemudian diikuti oleh Jakarta dan Banten. Kalau di DKI Jakarta kebanyakan jasa,” jelas Indah.
Sementara itu dilansir dari Data Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), angka pengangguran di Indonesia berada di level rawan dengan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2 persen.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, angka tersebut menempati posisi pertama.