LOADING

Ketik di sini

Gaya Hidup

Agen-Agen Pemicu Kanker Paru Mengepung Kita

Share
Kota Jakarta. Gambar: Tom Fisk @Pexels

PENUTUR.COM – Polusi di kota besar bukan hanya membuat tidak nyaman namun juga merusak kesehatan secara masif.

Sebuah penelitian yang dimuat di European Respiratory Journal pada Oktober 2016 menyebutkan bahwa ada hubungan antara paparan jangka panjang terhadap polusi udara luar ruangan dengan peningkatan risiko kanker paru .

Penelitian yang dipimpin Ole Raaschou-Nielsen itu mengambil sampel dari populasi di beberapa negara Eropa. Mereka menemukan bahwa setiap peningkatan paparan 5 mikrogram per meter kubik PM2,5 (partikulat berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil) terkait dengan peningkatan risiko kanker paru sebesar sekitar 18%.

Padahal, rata-rata partikulat di kota-kota besar adalah 14 mikrogram per meter kubik udara.

Batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk PM2,5 adalah 15 µg/m³ rata-rata tahunan dan 25 µg/m³ rata-rata harian.

Adapun standar pemerintah berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22/2021 sebesar 55 mikrogram per meter kubik. Jadi, apa yang dianggap wajar di Indonesia sebenarnya sudah melebihi batas aman menurut WHO.

Partikulat dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer itu (kira-kira 1/28 diameter rambut) mudah terisap dan masuk alveoli.

Indeks PM2,5 Kota Jakarta (iqair.com)

Masalahnya, paru adalah organ yang lambat mengusir benda asing. Akibatnya, partikulat-partikulat tadi menumpuk dan memicu kerusakan paru jangka panjang.

Sel yang Meliar

Kanker paru (KP) terjadi karena tumbuhnya sel-sel yang tak terkendali di paru-paru. Tak hanya menggantikan sel-sel normal, sel kanker juga menyebar ke seluruh tubuh.

Kondisi inilah yang membuat kanker paru mampu membinasakan 90 persen penderitanya dalam dua tahun.

Kini, KP menjadi pembunuh utama pria dan wanita, telah menewaskan lebih dari sejuta orang setiap tahunnya. Penyebab utama bersimaharajalelanya kanker ini adalah rokok.

BACA JUGA  Tidak Boleh Sembarangan Menerapkan Diet Makrobiotik ala Yin Yang ini

Disadari atau tidak, ketika merokok, seseorang telah mengisap asap mengandung zat-zat karsinogenik (pemicu kanker).

Hitungan para pakar, 85 hingga 90 persen kasus kanker paru disebabkan oleh rokok. Baik pada perokok aktif maupun pasif.

Prevalensi pada perokok pasif tak dapat disebut sedikit, 20% – 30% KP menyerang kelompok ini.

Tak aneh jika istri perokok mempunyai risiko 20%-50% terkena kanker paru lebing tinggi dibanding isteri bukan perokok. Sementara, seorang perokok mempunyai kemungkinan 4 – 14 kali lebih tinggi dibanding bukan perokok.

Risiko ini meningkat sebanding dengan jumlah rokok yang diisap, lamanya merokok, dalamnya isapan dan tingginya kandungan tar dalam rokok.

Selain rokok, pencemaran udara oleh zat-zat karsinogen dilingkungan industri seperti asbes dan gas radio aktif radon juga meningkatkan resiko terhadap KP.

Mereka yang berisiko terkena KP adalah 

  • Pria atau wanita berusia 40 tahun atau lebih
  • Perokok aktif
  • Pekerja dilingkungan yang mengandung zat karsinogen
  • Perokok Pasif

Tak Ada Gejala Khas

KP dewasa ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pasalnya, belum ada pengobatan yang memadai. Juga, ini yang lebih mendasar, karena KP belum dapat dideteksi secara dini.

Karena kenyataan di atas, serta fakta bahwa paru lamban merespon benda asing, jalan terbaik menghindari KP adalah dengan melakukan pencegahan.

Bila setiap orang mau dan mampu menjalankannya niscaya jumlah penderita yang cenderung mendaki dari tahun ke tahun dapat ditekan.

Seperti organ tubuh yang lain, paru tersusun dari sejumlah sel. Dalam kondisi sehat, sel-sel paru teratur membelah diri.

Bila sel membelah secara tak terkendali, karena sebab tertentu, maka terbentuklah tumor. Masih beruntung jika yang muncul adalah tumor jinak. Sebab, ia tidak memiliki kemampuan menyusup ke jaringan di sekitarnya serta tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.

BACA JUGA  5 Jenis Makanan yang Mesti Dihindari Penderita Diabetes Saat Berbuka Puasa

Halnya berbeda jika tumor ganas yang tumbuh. Kanker atau tumor ganas ini mampu menyusup dan merusak jaringan atau organ di sekitarnya.

KP juga mampu menyebar melalui pembuluh darah atau getah bening yang berada di rongga dada, tulang, otak dan hati.

Sulit Dideteksi

KP tidak memberikan gejala yang khas. Ia bergerak bak penyusup terlatih dengan kualifikasi mampu menghilangkan jejak mulai dari stadium dini.

Kalaupun foto rontgen dada dapat ‘menangkapnya’ hal itu bersifat kasuistik. Akibatnya, ketika terdiagnosa, kanker sudah kadung tumbuh cukup besar.

Pada kondisi ini muncul gejala seperti batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, suara parau, atau radang paru berulang.

Bila tumor menekan pembuluh darah besar di sekitar paru, akan timbul gejala bengkak pada leher dan wajah.

Bila syaraf yang ditekan maka di sekitarnya akan timbul nyeri dan terjadi kelemahan pada bahu, lengan dan tangan.

Seperti kanker yang lain, KP juga memberikan gejala umum seperti hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelemahan dan cepat lelah.

Bila dokter mencurigai adanya kanker paru, pasien dianjurkan untuk melakukan serangkaian pemerik saan berikut:

  • Foto rontgent paru
  • Pemeriksaan dahak dengan mikroskop
  • CT Scan (pemeriksaan dengan menggunakan sinar X berseri untuk mendapatkan gambaran yang memastikan adanya tumor di paru. Walau pengolahan dilakukan oleh komputer, CT Scan tak dapat membedakan tumor tersebut jinak atau ganas
  • Biopsi (pengambilan contoh sel paru untuk diperiksa dibawah mikroskop). Tidakan ini dapat dilakukan dengan melakukan broncoscopy, dimana melalui lubang pernafasan mulut atau hidung dimasukkan selang ke dalam saluran pernafasan, sehingga dapat diambil sedikit jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Cara lainnya dengan melakukan aspirasi jarum. Dibantu CT Scan, dokter memasukkan jarum melalui dinding dada untuk mendapatkan jaringan paru. Bila yang diambil adalah cairan lapisan paru perlakuan ini disebut thoracocentesis. (dari berbagai sumber)

BACA JUGA  Terkendala Bahasa Saat Traveling Ke Luar Negeri? No Problemo!
Tags: