Kenali Masalah-Masalah Gigi dan Cara Merawat Gigi Anak Sejak Dini
Share
PENUTUR.COM – Normalnya manusia memiliki 20 buah gigi susu, yang akan digantikan oleh 28-32 buah gigi tetap.
Pertumbuhan gigi tetap pada anak dimulai pada usia 6 tahun, terakhir pada usia 11 tahun. Gigi geraham bungsu, akan tumbuh menjelang dewasa, sekitar usia 17 tahun.
Gigi susu, rata-rata tumbuh pada usia 6 bulan, tapi sejak usia 4 bulan dalam kandungan, sebetulnya gigi susu sudah mulai terbentuk. Gigi susu tumbuh secara lengkap pada usia 2 – 2,5 tahun.
Seringkali orang tua mengabaikan kesehatan gigi susu anak. Alasannya, nanti juga akan tumbuh lagi.
Padahal, perawatan gigi susu penting diperhatikan. Gigi susu berperan sebagai guide bagi pertumbuhan gigi permanen yang normal,.
Bila perawatannya tak baik, gigi susu bisa rusak. Karena perannya sebagai penuntun, kerusakan gigi susu dapat membuat pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak normal.
Gigi tetap akan mengisi tempat gigi susu. Jadi kalau gigi susu goyang, itu tandanya akar gigi anak sudah terdorong oleh gigi tetap. Proses ini akan lebih baik bila gigi susu terlepas sendiri dari tempatnya.
Tapi tidak semua gigi anak bisa terlepas dengan sendirinya, ada juga yang harus dicabut dengan bantuan dokter.
Mungkin karena gigi tetap sudah tumbuh, tapi gigi sulung masih ada. Ini bisa terjadi bila gigi tumbuh tidak berurutan atau miring, sehingga salah arah dan tidak menggoyang gigi susu.
Begitu juga jika gigi susu terlepas sebelum waktunya, maka gigi tetap tidak punya penuntun. Akibatnya gigi tetap tidak tumbuh pada tempatnya.
Perawatan gigi juga penting agar anak menjadi sehat. Gigi yang baik dapat mengunyah makanan dengan baik, sehingga proses tumbuh kembang anak menjadi normal.
Jika sakit gigi, anak akan sulit makan. Apalagi bila giginya banyak yang rusak, mengunyah pun dia tidak bisa.
Anak yang giginya rusak, ternyata berat badannya lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang giginya baik, karena pada anak yang gigi susunya rusak, makanan hanya dikulum,.
Masalah-masalah Gigi
Penyakit gigi anak yang paling sering adalah karies atau gigi berlubang. Karies ini bisa berukuran kecil, sampai yang mengenai saraf.
Proses karies pada gigi anak, dimulai dari titik sampai dengan lubang besar bisa terjadi dalam 3-6 bulan, sedangkan pada gigi dewasa dalam waktu 1-3 tahun.
Gigi akan terasa sakit, apalagi bila sudah mengenai saraf. Bila terjadi infeksi, dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya atau penyakit di tempat yang lain, seperti jantung atau ginjal.
Salah satu faktor penyebab gigi berlubang pada anak adalah susu botol. Anak berusia 1-2 tahun sering minum susu sampai akhirnya tertidur, dengan susu masih tergenang dalam mulut.
Susu yang mengandung gula ini merupakan media pertumbuhan bakteri penyebab karies.
Ada orang tua yang mengeluh kalau anaknya berdarah setiap sikat gigi. Ini akibat gingivitis atau radang gusi.
Jika kotoran yang ada di gigi tidak disikat, ia akan menempel di sela-sela gusi sehingga menyebabkan peradangan. Pada penyakit ini, gusi bisa mengalami pembengkakan.
Jika sudah terjadi infeksi, pembuluh darah menjadi melebar dan akan mengalami perdarahan bila tertekan sedikit saja. Pada kondisi parah, gigi bahkan bisa terlepas dari gusi.
Kasus lainnya bisa disebabkan karena trauma atau terjatuh. Ini sering terjadi pada anak yang baru belajar berjalan, atau pada anak yang suka mengisap jari, sehingga giginya terlihat menonjol. Akibat terjatuh ini, gigi bisa patah atau lepas.
Perawatan gigi anak yang rusak, hampir sama dengan perawatan gigi dewasa. Kalau gigi berlubang atau patah, perlu ditambal. Kalau terpaksa, gigi susu dicabut, lalu dibuatkan gigi palsu.
Pada orang dewasa pemakaian gigi palsu bisa selama mungkin, sedangkan pada gigi anak harus sering diganti. Bila tidak, pertumbuhan gigi tetapnya kemungkinan akan terhambat. Jadi, perlu dikontrol setiap 6 bulan sampai 1 tahun.
Perawatan Gigi
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Perawatan gigi anak sudah harus dimulai ketika gigi anak mulai tumbuh.
Bila anak belum bisa menyikat giginya sendiri, bisa dilakukan oleh orang tuanya. Gunakan sikat gigi yang berbulu sikat halus. Tak perlu memakai pasta gigi, cukup dengan air putih.
Anak umur 6 bulan belum bisa berkumur, dan bila pasta tertelan bisa menyebabkan diare pada anak akibat alergi pada komposisi pasta.
Kalau tidak bisa dengan sikat gigi, bisa menggunakan kapas atau kain kassa yang digulung.
Bagaimana dengan fluor, apakah memang perlu? Fluor diperlukan untuk menjaga gigi agar tetap kuat. Tapi, terlalu banyak fluor juga bisa merusak gigi.
Jika kandungan fluor air di tempat Anda masih kecil, anak dianjurkan untuk memakai fluor untuk menjaga gigi. Pasta gigi, meski konsentrasi fluornya kecil sekali, tapi jika rutin dilakukan hasilnya bagus, tapi sebaiknya selain gosok gigi berikan juga fluor yang dioles.
Anak-anak sebaiknya mengunjungi dokter gigi setidaknya setiap enam bulan sekali untuk pemeriksaan rutin dan pembersihan gigi.
Ini penting untuk memantau kesehatan gigi dan mulut anak serta untuk mencegah masalah gigi yang lebih serius di kemudian hari.
Supaya anak tidak takut dengan dokter gigi, maka ia perlu diperkenalkan dengan dokter gigi sejak dini.
Caranya, bawa anak saat giginya belum memerlukan perawatan, misalnya untuk belajar menggosok gigi, memeriksa kebutuhan fluor anak.
Tip agar Gigi Anak Tetap Sehat dan Kuat
- Sikat gigi minimal sekali sehari, sebaiknya sebelum tidur.
- Kurangi konsumsi makanan yang lunak, manis, dan lengket, seperti: permen, coklat, atau es krim, dan sikat gigi atau kumur-kumur dengan air tawar setelahnya. Sisa makanan yang menempel di gigi merupakan tempat subur tumbuhnya bakteri.
- Bila perlu, berikan fluor, bisa dengan cara diminum atau dioleskan di gigi, tapi harus sesuai petunjuk dokter gigi.
- Melapisi celah pada permukaan gigi, supaya sisa makanan tidak mudah melekat, dan mencegah terbentuknya karies.
- Kontrol ke dokter gigi secara rutin, minimal 6 bulan sekali.
Pengaruh Dot Terhadap Gigi
Salah satu kelainan gigi yang bisa terjadi saat pertumbuhan gigi anak adalah maloklusi, dimana terdapat hubungan “kurang kompak” antara rahang atas dan bawah, atau antara rahang dan gigi. Keadaan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor keturunan, misalnya. Bila ibunya memiliki rahang kecil, sedangkan dari ayah diturunkan gigi besar-besar, maka gigi anak bisa berantakan. Bila yang didapat sebaliknya, justru giginya jarang-jarang.
Faktor nutrisi juga bisa menyebabkan pertumbuhan rahang dan gigi terhambat.
Faktor luar yang berpengaruh terhadap gigi, misalnya, kebiasan buruk si anak. Menjulur-julurkan lidah, bertopang dagu, bernapas lewat mulut, atau mengisap jari dapat menjadi penyebab gigi anak maju alias “tonggos”.
Kebiasaan minum susu botol juga bisa mengganggu estetika gigi. Penggunaan dot membuat gerakan otot dan lidah tak harmonis sehingga menyebabkan pertumbuhan rahang dan gigi terganggu.
Sebaiknya anak diberi ASI. Selain bagus dari segi nutrisi, mengisap payudara ibu juga melatih gerakan otot dan lidah bayi. Tapi tak semua ibu bisa memberi ASI pada anaknya.
Bagaimana bila anak terpaksa harus diberi susu botol? Gangguan ini bisa dicegah dengan memberi anak dot yang benar. Gunakan dot ortodontik, yang didesain khusus menyerupai puting payudara.
Saat anak mengisap dot, otot dan lidah bergerak alami selayaknya mengisap puting susu ibunya.
Gangguan maloklusi perlu ditangani sejak dini. Kebiasaan buruk harus segera dihilangkan sebelum mengganggu pertumbuhan gigi dan rahang anak. Bila sudah tampak gejala maloklusi pada gigi anak, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter gigi.