Pakar BRIN Sebut Fenomena Rancaekek Sebagai Tornado Pertama di Indonesia
Share
PENUTUR.COM – Angin kencang yang meluluhlantakkan bangunan di Rancaekek, Bandung serta daerah disekitarnya banyak yang menyebutnya sebagai angina putting beliung. Peristiwa yang menhebohkan itu terjadi pada Rabu, (21/2).
Namun, bagi Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN (Bada Riset dan Inovasi Nasional), angina kencang yang terjadi saat itu sebagai tornado pertama di Indonesia.
Hal itu disampaikan Erma Yulihastin, pakar BRIN melalui akun twitter pribadinya @EYulihastin bahwa tornado pertama di Indonesia terjadi ketika angin kencang melanda Rancaekek.
Erma Yulihastin mengatakan bahwa, tornado yang terjadi di Rancaekek, strukturnya mirip 99,99% dengan yang ada di Amerika Serikat.
“Efek tornado: beda dengan puting beliung, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas,” ucap Erma Yulihatin melalui akun twitter pribadinya @EYulihastin.
Sementara BMKG menyebut kejadian itu sebagai angina puting beliung yakni sebutan lokal untuk tornado. Namun, dalam skala yang lebih kecil yang terjadi di Indonesia.
Terdapat berbagai perbedaan antara tornado dan angin puting beliung. Tornado biasanya terjadi di daerah yang memiliki lintang tinggi. Sedangkan, puting beliung di kawasan dekat ekuator atau rendah.
Terbentuknya tornado karena bertemunya massa udara hangat dari tropis dengan massa udara dingin dari kutub.
Terbentuknya puting beliung karena adanya proses konvektif dari simpanan energi di permukaan bumi akibat radiasi matahari yang maksimal dari beberapa hari sebelumnya.
Kecepatan angin puting beliung lebih rendah dibanding dengan tornado. Kecepatan angin puting beliung maksimal ialah 56 kilometer perjam. Sedangkan tornado kecepatan anginnya minimal 70 kilometer perjam.***