Jangan Buru-Buru Minum Obat Jika Anak Terserang Diare
Share
PENUTUR.COM – Diare merupakan penyebab utama kematian pada balita. Menurut laporan United Nation Children Fund (UNICEF), pada tahun 2019, penyakit diare pada balita menyebabkan sekitar 9% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia, yang berjumlah sekitar 484.000 kematian.
Pada tahun 2020, UNICEF melaporkan adanya sekitar 1.200 kematian setiap harinya akibat diare. Selain itu, UNICEF juga mencatat bahwa terdapat 15 negara dengan tingkat kematian balita tertinggi akibat diare dan pneumonia, termasuk Indonesia yang menempati urutan ke-7 dalam daftar tersebut.
Data dari hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2020, prevalensi diare di berada ada pada angka 9,8%, atau 9,8 kasus setiap 100 penduduk.
Diare adalah perubahan pola buang air besar. Perubahan dalam hal frekuensi dan konsistensi.
Frekuensi lebih banyak dan kotoran menjadi lebih cair saat diare menyerang.
Patokan yang pas untuk tiap anak adalah berbeda, semua tergantung dari kebiasaan buang air besar anak sehari-hari.
Tapi bukan berarti anak yang tiga kali buang air besar dalam sehari pasti mengalami diare. Kalau ada perubahan konstipasi, kotoran lebih lembek dari biasanya, maka anak memang diserang diare.
Bayi usia sebulan yang 5-6 kali buang air besar dalam sehari dengan kotoran yang konsisten agak cair belum tentu diare.
Kenapa? Karena pada bayi yang berusia 1 bulan, enzim pada tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna, akibatnya konsistensi tinjanya menjadi cair dan frekuensinya menjadi lebih banyak.
Diare bisa disebabkan virus dan bakteri, terutama bakteri gram negatif, dan jamur.
Sekitar 80 persen kasus diare disebabkan oleh infeksi rotavirus, virus dari famili Reoviridae. Biasanya virus ini menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun.
Virus ini menyebabkan kelainan absorbsi laktosa, suatu karbohidrat utama pada susu. Gejala-gejalanya, kotoran encer dan berbau asam, pantatnya kemerahan, sering kembung dan buang angin.
Bila anak berumur di bawah 2 tahun atau bayi di bawah 1 tahun dan terserang diare, Anda jangan buru-buru memberikan obat antidiare.
Soalnya, obat antidiare bekerja dengan memperlambat gerakan usus. Diare memang akan berhenti, tapi proses di dalam usus tetap berlangsung.
Apalagi bila diare yang disebabkan oleh infeksi, sehingga racun atau toksin yang seharusnya keluar, malah akan tinggal dalam usus dan membuat perut anak bertambah sakit.
Jadi, apa yang harus Anda lakukan?
- Cukupi cairan: Pastikan anak Anda tetap terhidrasi dengan baik. Berikan cairan seperti air putih, jus, kaldu ringan, atau larutan elektrolit oral (ORS) untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare.
- Diet BRAT: Saat anak mengalami diare, makanan yang ringan dan mudah dicerna dapat membantu mengurangi gejala. Pertimbangkan untuk memberikan makanan yang terdiri dari pisang, nasi putih, apel tanpa kulit, atau roti.
- Hindari makanan tertentu: Sementara dalam masa pemulihan dari diare, hindari memberikan makanan yang berlemak, pedas, atau susu sapi, karena hal ini dapat memperparah gejala diare.
- Perhatikan tanda dehidrasi: Amati tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, sedikit atau tidak adanya urine, mata cekung, atau kelelahan yang tidak wajar. Jika Anda mencurigai anak mengalami dehidrasi, segera hubungi dokter.
- Berikan obat sesuai anjuran dokter: Jika dokter merekomendasikan penggunaan obat anti-diare atau obat lainnya, pastikan untuk memberikannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
- Cuci tangan: Penting untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah menangani anak yang mengalami diare, serta sebelum makan atau menyajikan makanan.
- Perhatikan kebersihan lingkungan: Jaga kebersihan lingkungan sekitar anak, termasuk mainan, permukaan, dan benda-benda lain yang sering disentuh, untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Konsultasikan dengan dokter: Jika diare anak berlangsung lebih dari beberapa hari, atau jika ada tanda-tanda kekhawatiran lainnya, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Diare yang disebabkan oleh virus, akan sembuh dengan sendirinya, tanpa dengan pengobatan antidiare. Biasanya waktu yang dibutuhkan 3-5 hari.
Mengatasi Dehidrasi
Diare yang terjadi pada masa bayi dapat meyebabkan terjadinya dehidrasi, karena kekurangan cairan. Jadi, pengobatan diare yang paling baik adalah mencegah terjadinya dehidrasi.
- Prinsip pencegahannya: berapa banyak cairan yang keluar, sejumlah itu pulalah yang diganti. Patokannya: berikan cairan pengganti sebanyak 5-10 cc per kg berat badan. Jadi kalau berat badan anak 10 kg, maka sekali buang air harus diganti 50-100 cc atau sama dengan 50 –100 ml. (1 sendok makan sama dengan 15 ml).
- Berikan oralit untuk dehidrasi ringan sampai sedang, yang ditandai dengan berkurangnya kelembaban kulit dan anak menjadi cengeng. Oralit punya komponen elektrolit seperti natrium, kalium, bikarbonat dan florida yang dibutuhkan tubuh jika dehidrasi terjadi.
- Patokan pemberian cairan oralit untuk dehidrasi ringan sampai sedang adalah 50-75 cc per kg berat badan. Berikan setiap 4 jam sekali.
- Jika anak sudah memperlihatkan gejala lemas, tidak mampu minum atau sudah tidak kencing lagi dalam 6 jam dan menangis tapi air matanya tidak keluar. Hati-hati! Bawa segera ke rumah sakit. Ini dehidrasi berat dan anak harus mendapat cairan infus.