LOADING

Ketik di sini

Gaya Hidup

Apakah Chinese Restaurant Syndrome Disebabkan MSG?

Share
Restoran China. Gambar: Ella Wei @Pexels

PENUTUR.COM – Masakan China mungkin adalah menu paling populer. Di seluruh penjuru dunia, dengan mudah ditemukan restoran-restoran yang menyajikan chinese food.

Salah satu keunggulan masakan China adalah cita rasanya yang sebagian besar berkat zat tambahan MSG (monosodium glutamat).

Popularitas masakan China dan MSG ini melahirkan istilah Chinese Restaurant Syndrome.

Ini adalah sindroma atau kumpulan gejala yang dianggap berhubungan dengan kandungan MSG dalam makanan Cina.

Istilah Chinese Restaurant Syndrome mulai dikenal pada tahun 1968, ketika Dr. Robert Ho Man Kwok menulis surat ke The New England Journal of Medicine.

Isinya menceritakan bahwa ia menemukan sejumlah gejala aneh, yang terjadi bila ia makan di restoran China. Berdasarkan pengalamannya, ia mengalami rasa kebas yang berawal dari belakang leher, menjalar ke lengan dan punggung, disertai rasa lemas dan jantung bedebar.

Menurut perkiraannya, gejala ini bisa saja disebabkan oleh komponen dalam arak China, kadar tinggi garam, atau MSG dalam masakan.

Surat ini lalu memancing berbagai respons, dan akhirnya mengarah ke MSG, yang dianggap sebagai biang keladi persoalan. Dalam waktu kurang dari setahun, seluruh dunia sudah mengenal istilah Chinese Restaurant Syndrome ini.

Respons masyarakat dan gorengan media semakin menguatkan rumor MSG merupakan penyebab banyak penyakit. Tak heran kalau istilah “Chinese restaurant syndrome” pun masuk kamus Merriam-Webster.

Apakah Chinese Restaurant Syndrome ini disebabkan oleh MSG? Sebenarnya belum pasti benar dan masih dugaan belaka.

Sebenarnya  Chinese Restaurant Syndrome bukanlah istilah medis, melainkan istilah sosial dan stereotif yang cenderung rasis.

Mungkin saja sebagian orang sensitif terhadap MSG, sebagaimana terhadap makanan lainnya.

Orang yang makan makanan yang mengandung kadar tinggi MSG dalam keadaan perut kosong, akan meningkatkan jumlahnya yang diserap ke dalam aliran darah. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya Chinese Restaurant Syndrome.

BACA JUGA  Terseret Kasus Suap dan Gratifikasi, JPU Tuntut Lukas Enembe Hukuman 10,5 Tahun Penjara

Chinese Restaurant Syndrome ini juga dicurigai berkaitan dengan defisiensi vitamin B6.

Adanya kekurangan vitamin B6 ini menyebabkan MSG tidak bisa dimetabolisme dengan baik. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa reaksi terhadap MSG akan berhenti bila diberikan terapi 50 mg vitamin B6 setiap hari dalam 12 minggu.

Karena gejalanya mirip dengan reaksi alergi lainnya, Chinese Restaurant Syndrome ini didiagnosis bila gejala terjadi dalam waktu 30-60 menit setelah makan makanan dengan konsentrasi tinggi MSG. Gejala ini biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 2 jam.

Seputar MSG
MSG adalah garam dari asam amino non-esensial glutamat. Bentuknya berupa kristal putih halus, tak berbau dan tak berasa, dan tidak mengandung nilai gizi.

Glutamat adalah asam amino yang secara alami terdapat dalam protein, dikandung dalam bahan makanan seperti daging, ayam, keju, ikan, susu, termasuk ASI, kacang-kacangan, jamur, tomat, dan sayuran lainnya.

Senyawa ini juga diproduksi oleh tubuh, dan merupakan bagian penting dari metabolisme.

Glutamat dalam bentuk ‘terikat’ akan berikatan dengan asam amino lain dalam protein. Hampir semua makan yang tinggi protein mengandung glutamat.

Sedangkan glutamat ‘bebas’ jumlahnya bervariasi dalam makanan, dan berfungsi untuk meningkatkan citarasa makanan.

Tomat, jamur dan keju adalah contoh makanan yang terasa lezat dan banyak digunakan untuk menambah citarasa makanan. Ketika MSG ditambahkan kepada makanan, maka akan memberikan fungsi citarasa seperti yang terdapat secara alami dari makanan ini.

Tags: