Ternyata Vape Tak Lebih Aman dari Merokok, Ini Bahayanya Bagi Paru-Paru
Share
PENUTUR.COM – Meski banyak pihak yang secara masif mengingatkan bahaya merokok bagi kesehatan, tapi jumlah perokok di Indonesia tetap saja tinggi.
Sebagai upaya untuk mengakali soal bahaya merokok, beberapa orang kemudian beralih menggunakan vape yang dianggap lebih baik ketimbang merokok.
Padahal vape atau rokok elektrik punya bahaya yang tak kalah seriusnya dibanding rokok terutama untuk kesehatan paru-paru.
Diketahui Vape adalah rokok elektrik yang dapat menghasilkan asap seperti rokok pada umumnya. Bahaya vape bagi kesehatan sering kali disepelekan karena vape dianggap lebih aman daripada rokok.
Padahal, meskipun tidak mengandung tembakau, vape tetap memiliki beragam zat kimia yang dapat membahayakan tubuh.
Bahaya vape untuk paru-paru juga telah dijelaskan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dimana berasal dari kandungan nikotin dan zat beracun lainnya seperti propilen glikol dan perisa.
Pemakaian vape oleh seserorang juga yang bisa berdampak bagi pengguna maupun non-pengguna vape. Berikut ini sejumlah bahaya vape untuk paru-paru yang wajib Anda ketahui.
1. Popcorn lung
Menukil Medical News Today, salah satu bahaya vape untuk paru-paru adalah penyakit popcorn lung. Penyakit yang juga dikenal sebagai bronkiolitis obliteratif, adalah salah satu bentuk penyakit paru-paru.
Hal ini terjadi ketika saluran udara terkecil di paru-paru, yang disebut bronkiolus, rusak dan udara tidak dapat melewatinya. Ini adalah kondisi yang tidak dapat diubah.
Menurut American Lung Association (ALA), bahan kimia seperti asetaldehida, formaldehida, dan diacetyl dapat berkontribusi pada perkembangan paru-paru popcorn.
2. Pneumonia
Menurut ALA, cairan vape dapat mengandung nikotin, propilen glikol, penyedap rasa, dan bahan kimia lainnya.
Pusat Pengendalian dan Perlindungan Penyakit (CDC) menyatakan pneumonia lipoid dapat terjadi ketika minyak aerosol dalam rokok elektrik memasuki paru-paru dan menimbulkan respons peradangan.
Pada paru-paru yang sehat, alat siliaris, lapisan lendir, refleks batuk, dan lapisan lipid alveoli semuanya bekerja sama untuk membersihkan saluran udara.
3. Kanker paru
Kebiasaan merokok sering kali dikaitkan dengan risiko kanker paru. Namun, karena vaping masih tergolong baru, penelitian terus dilakukan untuk mengetahui hubungannya dengan kanker paru-paru.
Meski begitu, cairan vape mengandung bahan kimia yang terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru, termasuk formaldehida, asetaldehida, dan akrolein.
4. Asma dan PPOK
Menurut American Lungs Association, bahaya kandungan acrolein di dalam vape umumnya digunakan untuk membunuh gulma dan dapat menyebabkan asma, cedera paru-paru, akut serta Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Selain itu, melansir laman Siloam Hospitals, vitamin E asetat yang terdapat dalam vape juga diyakini sebagai pemicu kerusakan paru-paru. Kondisi ini ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, dan dapat berujung pada gagal napas.
5. Paru-paru kolaps (pneumotoraks)
Pneumotoraks terjadi ketika udara terkumpul di rongga pleura di luar paru-paru, menyebabkan paru-paru kolaps sebagian atau seluruhnya.
Sebuah studi pada 2021 menyoroti merokok sebagai faktor risiko pneumotoraks yang diketahui. Namun, penelitian ini mencatat kurangnya penelitian mengenai efek kesehatan jangka panjang dari vaping, termasuk apakah ada kaitannya dengan pneumotoraks.
Dengan dampak yang tidak kalah berbahaya dengan kebiasaan merokok sebaiknya hindari pemakaian vape.