Perjalanan Karir Prabowo Menuju RI-1
Share
PENUTUR.COM – Prabowo Subianto, seorang politisi dan mantan perwira militer, menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia untuk periode 2019-2024. Lahir pada 17 Oktober 1951 di Jakarta, Prabowo adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dora Marie Sigar.
Keluarga Prabowo memiliki posisi yang terpandang di Indonesia. Ayahnya, Soemitro, seorang politisi Partai Sosialis Indonesia, juga dikenal sebagai pendiri dan dekan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain itu, Soemitro pernah menduduki berbagai jabatan menteri dan memainkan peran penting dalam sejarah politik ekonomi Indonesia.
Prabowo adalah cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusomo, yang merupakan tokoh berpengaruh sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara Indonesia dan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI). Keturunan keluarga Djojohadikusumo dapat ditelusuri hingga ke Raden Tumenggung Kertanegara, seorang panglima laskar Pangeran Diponegoro.
Masa kecil Prabowo diwarnai dengan pengalaman di luar negeri karena ayahnya menentang kepemimpinan Presiden Soekarno. Pendidikan awalnya dimulai di Hong Kong, dilanjutkan dengan sekolah menengah di Kuala Lumpur, Malaysia, dan Zurich, Swiss. Prabowo kemudian menyelesaikan pendidikan menengah atas di The American School London, Inggris pada tahun 1969.
Terinspirasi oleh pamannya yang gugur dalam perang, yakni Soebianto Djojohadikusomo, seorang perwira Tentara Keamanan Rakyat (sekarang TNI), Prabowo memutuskan untuk mengikuti jejaknya. Pada tahun 1970, ia masuk Akademi Angkatan Bersenjata (sekarang bernama Akademi Militer), bersama dengan tokoh-tokoh seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Wirahadikusumah, dan Ryamizard Ryacudu.
Meskipun satu angkatan dengan SBY, Prabowo tidak lulus pada tahun yang sama. Ini disebabkan oleh hukuman tambahan satu tahun atas tindakan indisipliner Prabowo yang kabur ke Jakarta untuk menghadiri acara Titiek Soeharto. Hukuman ini diberikan di bawah kepemimpinan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, yang merupakan ayah Ani Yudhoyono, istri SBY.
Karir militer Prabowo kemudian berkembang. Dia bertugas sebagai komandan peleton di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) pada periode 1976-1985. Selama periode ini, Prabowo terlibat dalam misi penangkapan Nicolau dos Reis Lobato, pendiri Fretilin dan Perdana Menteri pertama Timor Leste.
Pendidikan militernya terus berlanjut di Amerika Serikat dan Jerman, memperoleh pelatihan khusus di bidang terjun payung dan antiteror. Pada tahun 1983, ia menikahi Siti Hediati Harjadi Soeharto atau yang akrab disapa Titiek Soeharto, anak keempat dari Presiden Soeharto.
Pada tahun 1983, Prabowo juga menjabat sebagai Komandan Detasemen 81 Kopassus hingga 1985. Setelah itu, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad pada 1985-1987.
Pada tahun 1993, Prabowo mengepalai Grup 3/Sandi Yudha Kopassus. Kemudian, ia diangkat sebagai Wakil Komandan Kopassus di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.
Pada Desember 1995, Prabowo diangkat sebagai Komandan Jenderal Kopassus Operasi Sat-81 Gultor dengan pangkat Mayor Jenderal. Pada Maret 1998, dia dipromosikan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Setelah Soeharto lengser dari jabatan presiden pada Mei 1998, Prabowo mengalami perubahan dalam karir dan posisinya. Mutasi dan keputusannya untuk menggerakkan pasukannya mengepung Istana Negara tanpa koordinasi menyebabkan konflik dengan BJ Habibie, yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden.
Akibat kejadian ini, Dewan Kehormatan Perwira memberhentikannya dari militer pada Juli 1998 dengan tujuh butir dakwaan. Prabowo kemudian menghabiskan waktu di luar negeri, terutama di Yordania dan Eropa, sebelum kembali ke Indonesia dan terlibat dalam dunia bisnis. Dia membeli PT Kiani Kertas dan mengembangkan berbagai usaha di sektor perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara. Dengan total dua puluh tujuh perusahaan yang ia miliki dan pimpin, Prabowo menjadi figur penting dalam dunia bisnis Indonesia.
Pada sisi organisasi dan kemasyarakatan, Prabowo aktif dalam berbagai kegiatan. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada 2004-2009 dan 2010-2015, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) pada 2004-2025, serta Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) pada 2008-2013.
Tahun 2004 menjadi awal keterlibatan Prabowo dalam dunia politik, saat ia bergabung dengan Partai Golkar. Namun, pada 2008, ia bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, dan Muchdi Purwoprandjono mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Perjalanan politiknya terus berlanjut, mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2009 dengan dukungan beberapa partai. Namun, pasangannya, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo, kalah dari pasangan SBY-Boediono.
Tak berputus asa, Prabowo mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden pada Pilpres 2014, kali ini bersama Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Namun, perjuangan mereka kembali tidak membuahkan hasil, dan Joko Widodo-Jusuf Kalla memenangkan Pilpres tersebut.
Pada Pilpres 2019, Prabowo kembali mencalonkan diri, kali ini berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden. Meskipun berjuang keras, Prabowo-Sandiaga kembali mengalami kekalahan dari pasangan Jokowi-Maruf Amin.
Pada 23 Oktober 2019, Jokowi menunjuk dan melantik Prabowo sebagai Menteri Pertahanan untuk periode 2019-2024. Di masa jabatannya, Prabowo fokus memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan dengan negara-negara Asia, mengembangkan industri pertahanan nasional, meningkatkan armada untuk TNI, dan mengusulkan program wajib bela negara.
Seiring berjalannya waktu, Prabowo kembali mencoba peruntungannya di dunia politik. Pada November 2023, KPU menetapkan Prabowo sebagai calon presiden dalam pemilihan umum 2024. Ia didampingi oleh Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden, dan pasangan ini diusung oleh koalisi Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, dan PBB.