Pemerintah Siapkan Aturan Pemisahan E-Commerce dan Sosial Commerce. Ini Perbedaannya!
Share
PENUTUR.COM – Keluhan yang disampaikan pedagang tradisional yang mengaku omsetnya menurun drastis akibat maraknya penjualan melalui platform media sosial akhirnya ditanggapi pemerintah.
Presiden Joko Widodo melalui Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki memutuskan untuk memisahkan media sosial dengan perniagaan elektronik atau e-commerce.
“Ada pengaturan platform, sudah clear arahan Presiden soal social commerce harus dipisah dengan e-commerce,” ujarnya kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Senin, (25/9).
“Ini sudah antre banyak social commerce juga yang mau menjadi punya aplikasi transaksi,” lanjutnya.
Ia juga mengatakan pemerintah akan mengatur arus barang dari luar negeri pada e-commerce termasuk harga-harga barangnya.
“Ada tiga hal yang tadi kita bahas. Pertama bagaimana cara mengatur platform, Bagaimana mengatur arus masuk barang karena bukan soal produk lokal kalah bersaing di online atau offline tapi online dan offline di serbu produk dari luar yang murah dan dijual di platform global,” ujar Teten Masduki.
“Berikutnya adalah pengaturan perdagangan yang fair antara offline dan online. Karena di offline diatur demikian ketat tapi online masih bebas. Kuncinya direvisi Permendag tadi yang disampaikan Pak Mendag enteri Perdagangan),” tambahnya.
Senada dengan Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, Menkominfo berharap aturan dalam Permendag diharapkan dapat melindungi UKM.
“Kita harus mengatur yang fair bulan lagi trade perdagangan bebas tapi fair trade. Perdagangan adil jadi bagaimana sosial media ini tidak serta merta menjadikan ecommerce, karena ini alogaritma ptinsipnya gini,” kata Budi Ari.
Budi Ari juga menyebut aturan baru itu diharapkan bisa melindungi data pribadi orang-orang yang bertransaksi Karena bila tidak dilindungi data itu bisa digunakan untuk pekerjaan yang salah.
Untuk membantu Anda memahami perbedaan antara e-commerce dan social commerce, berikut poin-poinnya seperti dikutip dari kanal YouTube Rumah Zeeida.
1. Fokus Interaksi:
– E-commerce: E-commerce berpusat pada platform daring tempat transaksi jual beli terjadi. Konsumen mengunjungi situs web atau platform khusus e-commerce untuk menelusuri produk dan melakukan pembelian.
– Social Commerce: Social commerce melibatkan transaksi jual beli yang terjadi melalui platform media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Konsumen dapat berinteraksi langsung dengan penjual dan produk melalui platform ini.
2. Pendekatan Penjualan
– E-commerce: E-commerce menekankan transaksi yang lebih tradisional. Pembeli memilih produk dari katalog, menambahkannya ke keranjang belanja, dan melakukan pembayaran.
– Social Commerce: Social commerce mengadopsi pendekatan yang lebih sosial dan interaktif. Penjualan seringkali dipengaruhi oleh ulasan produk, rekomendasi teman, dan konten yang dibagikan oleh pengguna lain.
3. Pengalaman Pembeli
– E-commerce: E-commerce menawarkan pengalaman belanja yang fungsional dan transaksional. Pembeli datang untuk memilih produk dan melakukan pembayaran.
– Social Commerce: Social commerce memberikan pengalaman yang lebih terlibat dan mendalam kepada pembeli. Pembeli dapat melihat demo produk, berpartisipasi dalam diskusi dengan penjual, dan merasa lebih terlibat dalam proses pembelian.
4. Pemasaran dan Promosi
– E-commerce: E-commerce sering menggunakan strategi pemasaran seperti optimasi mesin pencari (SEO) dan iklan berbayar untuk menarik lalu lintas ke situs web mereka.
– Social Commerce: Social commerce lebih fokus pada konten yang menarik di media sosial. Mereka berbagi konten visual menarik, berkomunikasi langsung dengan konsumen, dan memanfaatkan fitur-fitur menarik yang ada di platform media sosial.
5. Kepercayaan Konsumen
– E-commerce: Kepercayaan dalam e-commerce biasanya dibangun melalui reputasi merek, ulasan produk, dan kualitas layanan.
– Social Commerce: Di social commerce, pengaruh jaringan sosial memainkan peran kunci. Rekomendasi dari teman atau influencer yang dipercayai dapat memengaruhi keputusan pembeli.
Dengan memahami perbedaan ini, Anda dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam memilih model bisnis yang sesuai dengan tujuan Anda.