Pengamat Tuding Projo Sebagai Penumpang Gelap, Usai Banyak Kader Gerindra Tolak Budi Arie
Share
PENUTUR.COM — Rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie, untuk masuk ke Partai Gerindra mendapat penolakan dari berbagai DPC partai Presiden Prabowo Subianto ini di berbagai daerah.
Pengamat Politik Universitas Nasional (UNAS), Selamat Ginting mengatakan bahwa penolakan ini memunculkan potensi gesekan di internal partai.
“Pasti akan terjadi gesekan di internal Gerindra, antara kader lama dan relawan Projo. Faktanya beberapa pengurus daerah Gerindra (khususnya yang garis ideologis) sudah menolak keras rencana ini, karena menganggap Projo penumpang gelap politik,” katanya saat dikonfirmasi, Selasa, (11/11).
“Elektabilitas Gerindra mungkin tidak langsung naik, karena publik melihat langkah ini oportunis,” sambungnya.
Ia menambahkan bahwa dalam jangka menengah, jika Wapres Gibran diproyeksikan sebagai suksesor 2029, maka Projo di dalam Gerindra akan berperan sebagai sayap loyalis Jokowi–Gibran yang menyiapkan transisi.
“Ini bisa memperkuat posisi Jokowi sebagai kingmaker informal. Tapi juga berpotensi memunculkan friksi internal antara kubu ‘Prabowo murni’ dan Jokowi–Gibran,” ucapnya.
Kendati begitu, jika Projo ke Gerindra adalah tanda bahwa politik Indonesia makin cair, bukan lagi berbasis ideologi, tapi berbasis akses dan perlindungan kekuasaan.
“Kita sedang melihat lahirnya politik pasca-figur, di mana relawan bukan lagi alat rakyat, tapi alat kekuasaan untuk melanggengkan dinasti dan pengaruh,” terangnya.
Ia menyebut bahwa rencana Projo ke Gerindra adalah drama politik yang sarat pesan simbolik era Jokowi belum mati, tetapi sedang bertransformasi menjadi jaringan kekuasaan baru di bawah Prabowo.
“Namun, bila manuver ini gagal dikelola, ia justru bisa menjadi beban elektoral bagi Gerindra, merusak citra bersih Prabowo, dan menandai akhir dari romantisme relawan politik di Indonesia,” tutupnya.


