Kisruh di Partai Beringin, Presiden Jokowi Bantah Ikut Cawe-Cawe
Share
PENUTUR.COM – Belakangan ini tensi di internal Partai Golkar sedikit memanas. Ada sejumlah faktor yang melatarinya.
Diantaranya, soal situasi Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang namanya erseret dalam kasus ekspor CPO secara ilegal dengan salah satu tersangkanya Lin Che Wei, Policy Advisor Kemenko Perekonomian.
Selain itu, dalam kontestasi Pilpres 2024 partai ini tidak banyak melakukan manuver untuk menggolkan keputusan Munas yang memutuskan Ketum Golkar sebagai Capres 2024.
Alhasil, muncul suara-suara yang menghendaki digelarnya Munaslub Partai Golkar sebelum tahun 2024. Salah satu tokoh yang kencang menyuarakan hal itu adalah Ridwan Hisyam, anggota Dewan Pakar Partai Golkar.
Nama yang digadang-gadang bisa menggantikan Airlangga Hartarto adalah Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan. Meski ia sendiri mengaku tidak tertarik membicarakan Munaslub di partainya.
Munculnya nama Luhut Pandjaitan lantas dikaitkan dengan Presiden Joko Widodo yang diduga tahu dan ikut cawe-cawe dalam konflik partai beringin ini.
Saat ditanyakan hal itu, Presiden Jokowi menegaskan tidak ikut cawe-cawe dalam urusan internal Partai Golkar. Penegasan ini disampaikan Kepala Negara sebelum terbang ke China, Kamis (27/7).
“Itu urusan internal Golkar. Urusannya internal Golkar. Tidak ada hubungannya dengan kita,” tegas Presiden Jokowi sebelum bertolak ke Tiongkok di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Kamis (27/7).
Sementara, lanjut Presiden Jokowi, jika ada keinginan dari beberapa pihak seperti Luhut Pandjaitan, Bahlil Lahadalia, Kapala BKPM, dan Bambang Soesatyo, Ketua MPR, untuk mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar, itu bukan merupakan urusannya.
“Kalau Pak Luhut, Pak Bahlil, Pak Bamsoet, punya keinginan itu urusan beliau-beliau. Bukan urusan kita, urusan internal Golkar ya,” jelas Jokowi.
Ia juga mengaku telah bertemu dengan Airlangga Hartarto di istana pada Rabu, 26/7) lalu. Apa yang disampaikan Presiden Jokowi untuk menjelaskan “kegaduhan” di Golkar dikaitkan dengan campur tangan Istana.
Presiden Jokowi ingin kondisi politik di tanah air tetap kondusif sebelum meninggalkan tanah air bersama Ibu Negara Iriana Jokowi untuk bertolak menuju China.