Isu Panas Ahok Bakal Duduki Posisi Dirut Pertamina
Share
PENUTUR.COM – Nama Basuki Tjahaja Purnama ramai diperbincangkan setelah muncul kabar dirinya bakal menduduki pos barunya sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero).
Menteri BUMN, Erick Thohir saat dikonfirmasi menyebutkan tidak menutup kemungkinan pria yang akrab disapa Ahok tersebut akan bergeser dari posisinya sekarang.
Sejak tahun 2019, Ahok dipercaya untuk menjadi Komisaris Utama (Komut) Pertamina. Banyak pihak yang menilai dengan ketegasannya ia lebih tepat menempati posisi sebagai Dirut Pertamina.
Munculnya isu Ahok akan menjabat sebagai DIrut Pertamina bisa jadi lantaran dirinya dan Cicke Widyawati –Dirut Pertamina saat ini, terlihat secara bergantian datang ke Kementerian BUMN.
Kedatangan keduanya kesana setelah dipanggil oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Ahok terlbih dulu menemui Erick Thohir yakni pada Selasa, 18 Juli 2023.
Tak berapa lama setelahnya, Kamis (20/7) giliran Nicke Widyawati yang menghadap Menteri BUMN tersebut. Sontak, kedatangan dua petinggi Pertamina itu memunculkan isu adanya pergantian Dirut Pertamina dalam waktu dekat.
Namun, Ahok sendiri malah menyatakan ketidak tahuannya. Ia mengklaim tidak mengetahui isu soal pergantian direksi di Pertamina.
Ahok memastikan dalam pertemuannya dengan Erick Thohir, tidak ada pembahasan soal perubahan direksi Pertamina.
Lebih lanjut, ia menjalaskan, mereka hanya membicarakan perkembangan bisnis Pertamina, khususnya ekspansi migas.
Terkait santernya kabar tersebut Erick Thohir belum memastikan secara final apakah mantan Gubernur DKI Jakarta itu bakal mendudukui kursi nomor satu di Pertamina.
“Saya rasa tour of duty, bisa saja terjadi, tapi saya belum bisa mengkonfirmasi kalau emang itu sudah ada keputusan. Sampai hari ini belum (ada pergantian),” ujarnya Erick di Jakarta, Jumat (21/7).
Meski begitu Erick Thohir justru lebih menyoroti soal klaster energy di BUMN yaitu antara Pertamina dengan PLN.
Ia menyebut masih ada kebijakan yang belum sinkron antara Pertamina dan PLN terkait dengan masalah panas bumi atau geothermal.
“Saya padahal udah ada model kepemilikan bersama, seperti di rumah sakit yg gampang, ada pertamina, ada pelindo, di hotel ada titik-titik,” kata dia
“Kalau geothermal ini menjadi kesepakatan bersama kan itu bisa Kemenkeu punya saham, lalu PLN punya saham, tapi kan intinya kita punya 2,4 giga yang di mana ini kan baseload itu yang kita dorong,” tambahnya.
Diketahui sejak diangkat sebagai Komut Pertamina, Ahok sudah melakukan sejumlah pembenahan di BUMN yang dikenal sebagai sarang mafia migas tersebut.
Beberapa gebrakan yang dilakukan antara lain mendorong perubahan budaya organisasi secara total di perusahaan tersebu.
Ia mengatakan, reorganisasi dan restrukturisasi akan dilakukan dengan mengedepankan prinsip meritokrasi.
Lewat prinsip itu, kedepannya setiap karyawan di Pertamina punya kesempatan yang sama untuk menjadi petinggi di perusahaan tersebut.
Selain itu, setelah menjabat sebagai pengawas Pertamina, Ahok mendorong transparansi bisnis di perusahaan tersebut. Salah satunya dengan memberikan akses Informasi.
Ia berharap bahwa masukan dan saran bisa diberikan oleh masyarakat demi pelayanan Pertamina ke publik.
Tak hanya itu, pembenahan lain yakni Ahok secara blak-blakan sempat berbicara soal buruknya tata kelola di Pertamina, mulai dari gaji besar pejabat nonjob Pertamina, utang perusahaan yang membengkak, hingga masalah penunjukan direksi dan komisaris.
Ia mengaku sering geleng-geleng kepala dengan berbagai kebijakan direksi Pertamina. Keputusan bisnis Pertamina sering kali tak masuk akal dalam kalkulasi bisnis, yang membuat perseroan harus menanggung utang yang jumlahnya cukup besar.
Dan gebrakan teranyar dari Ahok adalah mengusulkan untuk dewan komisaris dan direksi Pertamina tak lagi mendapat fasilitas kartu kredit.
Menurutnya, penghapusan kartu kredit dapat menghemat pengeluaran Pertamina, mengingat limit yang diberikan cukup besar.
Ia pun mengaku limit kartu kredit yang didapatkannya sebagai komisaris di Pertamina mencapai Rp 30 miliar.
Tidak mengherankan jika kinerja yang ditorehkan Pertamina setiap tahun semakin kinclong. Tengok saja, pada tahun 2022 lalu Pertamina berhasil meraup laba bersih sebesar US$38,06 miliar atau senilai Rp56,59 triliun (asumsi kurs Rp14.868 per US$).
Hebatnya lagi, laba tersebut diakui menjadi yang paling besar sepanjang sejarah perusahaan BUMN itu berdiri.
Bila dibandingkan 2021, laba bersih Pertamina menyentuh US$2,04 miliar atau Rp30,41 triliun. Angka itu lebih tinggi dari laba yang ditorehkan pada 2020 lalu yang sebesar US$1,05 miliar atau Rp15,62 triliun.
Menurut Nicke Wisyawati, kontribusi paling besar yang menopang kenaikan laba Pertamina adalah penurunan beban biaya.
Ia menambahkan bahwa beban biaya berangsur turun dari 93%-94% dari pendapatan pada 2012-2014 menjadi 89% pada 2022.
Tak bisa dipungkiri, isu pergantian DIrut Pertamina telah menjadi bahan perbincangan yang panas apalagi dengan munculnya nama Ahok.
Tak sedikit lawan politiknya yang keberatan jika Ahok akan menduduki jabatan bergengsi di BUMN terbesar di Indonesia tersebut.
Pasalnya, hal yang sama juga terjadi saat ia akan ditunjuk sebagai Komut Pertamina. Sebagian dari mereka menggunakan dalih dengan diangkatnya ‘si penista agama’ itu akan memunculkan kegaduhan baru dan penolakan dari masyarakat.
Kini, keputusan Erick Thohir akan banyak dinantikan, apakah seorang Ahok yang begitu lantang melawan anggota DPDR DKI Jakarta saat masih menjadi gubernur bakal benar-benar didaulat sebagai Dirut Pertamina?