6 Kritik terhadap Vision Pro 2 yang Asosial
Share
PENUTUR.COM – Apple menjadwalkan akan merilis Vision Pro 2 pada 2 Februari 2024.
Ada banyak kritik seputar headset augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) tersebut.
Kritik kali ini banyak muncul justru dari fans Apple sendiri yang selama ini mengelu-elukan produk Apple.
1. Kacamata Super Besar yang Mengganggu
Apple disebut telah kehilangan daya inovatifnya. Alih-alih membuat produk yang meningkatkan kualitas hidup pengguna tanpa menjadi gangguan, Vision Pro muncul sebagai kacamata besar yang hinggap di kepala dan menutupi wajah Anda.
Vision Pro mengkooptasi wajah Anda dan menggantikannya dengan headset AR/AR
2. Tidak Ada Tempat bagi Headset AR/VR dalam Dunia Gadget Anda
Gadget yang Anda andalkan adalah alat yang praktis dan mudah dipakai.
Coba lihat ponsel, cukup kecil untuk dikantongi, ringan dijinjing, serta bisa langsung digunakan. Atau smart watch. Dengan beberapa pencetan, Anda mendapatkan apa yang diinginkan dari perangkat kecil di pergelangan tangan Anda itu.
Lalu di mana posisi Headset AR dalam kehidupan Anda? Mencari waktu yang tepat untuk menggunakannya adalah persoalan tersendiri.
Masih belum terbayangkan seseorang Apple maniak membawa-bawa headset AR di dalam tasnya. Ia harus memeriksa baterai sebelum menggunakannya (maklum daya tahan baterainya cuma 2 jam) dan menyesuaikan headset agar nyaman.
3. Vision Pro Tidak Cukup Kreatif
Kebanyakan fans Apple biasanya memuji produk Apple sebagai produk inovatif dan kreatif, seberapapun jeleknya produk itu.
Tapi untuk Vision Pro, fans Apple juga melontarkan kritik bahwa Apple tidak membuat produk yang inovatif.
Vision Pro tidak memberikan hal baru dibandingkan headset AR yang sudah ada di pasaran dan juga tidak menyodorkan “killer app” atau “killer feature” yang mengintimidasi orang untuk memakainya.
4. Tidak Banyak Aplikasi Menarik
Salah satu kekecewaan utama adalah kurangnya dukungan aplikasi untuk headset Vision Pro. Meskipun iMessage dan aplikasi Apple lainnya populer di kalangan pengguna, aplikasi ini sebagian besar dirancang untuk perangkat seluler dan mungkin tidak menawarkan pengalaman mendalam yang dicari penggemar VR.
Tanpa berbagai aplikasi VR khusus, pengguna mungkin menemukan opsi terbatas ketika menjelajahi dunia virtual baru atau terlibat dalam pengalaman interaktif.
Vision Pro juga tidak memiliki banyak game. Bandingkan dengan Meta Quest 3 yang menawarkan berbagai judul game.
5. Asosial
Apple telah berusaha mengurangi kesan anti-sosial yang biasanya dimiliki oleh headset dengan menambahkan layar OLED pada penutup depan yang menunjukkan mata Anda kepada orang lain saat Anda berada dalam realitas tercambah, sehingga membuatnya terlihat seolah-olah headset tersebut transparan.
Tapi mengenakan headset di tempat umum atau bahkan di rumah seperti mengumumkan “jangan ajak bicara saya.”
Contoh situasi pemakaian Vision Pro 2 yang dikampanyekan Apple memperkuat kesan asosial itu: Seorang perempuan duduk di sofa/di pesawat, asik sendiri memakai Vision Pro.
Atau seorang ayah memakai Vision Pro di hadapan kedua anaknya yang sedang bermain. Alih-alih bermain bersama anak, ia mungkin asik sendiri (meskipun bisa saja yang ingin dimunculkan kampanye itu adalah kemudahan Vision Pro merekam kegiatan anak-anaknya)?
Satu hal yang pasti: memakai Vision Pro berarti penggunanya mengisolasi diri dari dunia nyata. Walau ini sesuatu yang mulai tampak sebagai hal yang normal belakangan ini, Vision Pro tampaknya akan membuatnya semakin parah.
6. Harga Mahal
Ini faktor paling akhir karena biasanya fans Apple rela mengeluarkan duit banyak untuk apapun produk Apple.
Gadget seharga $3.499 atau Rp 52 juta (Meta Quest 3 hanya $499.) kemungkinan akan lebih banyak berfungsi sebagai pajangan belaka.
Selain tidak praktis dan tidak banyak aplikasi yang menarik untuk dijalankan, belum jelas seberapa hebat daya tahan benda ini mengalami kejatuhan atau benturan.