Fatalnya Pembekuan Darah Akibat Ruang Duduk yang Sempit di Kelas Ekonomi
Share
Simak penelitian tim yang dipimpin Dr. Frederic Lapostolle dari Avicenne Hospital di Bobigny, Perancis.
Penelitian tersebut dilakukan 1993 sampai 2000 terhadap para penumpang pesawat yang terbang dari dan menuju Bandara Charles de Gaulle, Paris.
Menurut Lapostelle, berada di atas pesawat terbang dalam waktu lama memang dapat mengakibatkan pembekuan darah di pembuluh vena.
Bagaimana pun, ada informasi lain dari Lapostelle yang menenangkan kita. Ia menyatakan, kemungkinan gangguan untuk berkembang menjadi fatal relatif kecil.
Pasalnya, Lapostolle menemukan bukti, cuma 56 orang yang mengalami pembekuan darah secara serius.
Selain itu, risiko baru terbit saat para penumpang mengarungi udara sejauh 4.250 kilometer. Dengan jarak terbang sejauh itu, potensi terkena gangguan dapat melejit 150 kali lebih besar ketimbang mereka yang terbang dalam jarak pendek.
Selain masalah jarak, kalangan kedokteran mensinyalir, perempuan hamil, penderita obesitas, para lanjut usia, dan perokok berat, berpotensi mendapat gangguan sindrom ini.
Risiko juga dimiliki mereka yang menghadapi masalah pembekuan darah dalam sejarah kesehatan keluarganya. wanita yang tengah menjalani terapi hormon, baru melahirkan, stroke, dan usai menjalani operasi.
Informasi lain, sebuah tim riset di Inggris mengungkapkan bahwa para wanita hamil dan wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi bakal menyimpan risiko lebih besar.
Karena itu, ada anjuran agar semua anggota kelompok risiko ini untuk memeriksakan kesehatan sebelum menempuh perjalanan jauh.
Korban Menggugat
Sejatinya, sinyal peringatan soal bahaya sindrom kelas ekonomi ini mulai menyala sejak kematian Emma Christoffersen, perempuan Inggris berusia 28 tahun, yang kolaps di terminal kedatangan Bandara Heathrow, London, September 2000.
Perempuan berusia 28 tahun ini mengeluh tak enak badan beberapa saat sebelum pesawatnya mendarat setelah menempuh perjalanan 19 ribu kilometer.
Pada Desember 2001, Alayne Wake, warga negara Inggris lain, akhirnya juga meninggal dunia akibat gangguan serupa.
Ia mengalami nasib naas itu setelah menempuh perjalanan Singapura ke London selama 13 jam.
Menurut kabar, ketika pesawat berada sekitar 190 kilometer dari London, Alayne terjatuh di toilet.
Di Bandara Heathrow, para dokter mencoba menyelamatkan nyawanya tapi gagal.
Sejak tragedi itu, sinyal peringatan tersebut mulai berubah menjadi “perang terbuka”.
Indikasinya terbaca saat sepuluh penumpang yang menduga diri mereka terkena sindrom kelas ekonomi bersiap menggugat lima maskapai penerbangan, akhir 2001 lalu.
Lima maskapai tersebut adalah British Airways, Emirates Airlines, Air France, dan Air New Zealand. Sementara itu, usia sepuluh korban itu merentang dari 20 sampai 60-an tahun. Mereka diwakili firma hukum Australia, Slater and Gordon.
Di sisi lain, Asosiasi Penerbangan Eropa (AEA) menyatakan, sindrom kelas ekonomi belum tentu disebabkan oleh penerbangan.
Menurut mereka, pembekuan darah itu dapat terjadi di mana saja saat orang kurang memiliki keleluasaan gerak untuk jangka waktu yang panjang. Misalnya, di tempat tidur rumah sakit, kereta api, atau kantor.
Karena itu, mereka menyarankan agar nama “sindrom kelas ekonomi” diganti menjadi “sindrom imobilitas”.
Di luar soal DVT, sempitnya ruang duduk di kelas ekonomi memang tidak manusiawi dan menunjukkan bahwa maskapai penerbangan benar-benar menghitung ruang dengan pola pikir bisnis semata tanpa menghitung faktor kesehatan.
Tips Menghindari Sindrom Kelas Ekonomi
· Berjalan-jalan selama lima menit tiap jam. Kalau sulit melakukannya, misalnya karena tempat duduk Anda jauh dari lorong, pastikan agar kaki bergerak semampu Anda.
· Anda harus banyak minum. Kekurangan cairan atau dehidrasi bisa memicu pembekuan darah.
· Menjauhi alkohol dan kopi. Dua jenis minuman ini bisa memicu dehidrasi.
· Mengonsumsi aspirin. Bila ragu menyangkut dosis pemakaian, sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
· Mengenakan pakaian yang longgar.