Undang Kiai Sepuh, PBNU Desak PKB Kembalikan Kepemimpinan Ulama
Share
PENUTUR.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mendesak Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengembalikan kepemimpinan ulama di partai tersebut.
”Kami tadi melaporkan kepada kiai sepuh yang hadir dari seluruh Indonesia, dan kemudian para kiai secara penuh memerintahkan kepada kami untuk melanjutkannya ikhtiar-ikhtiar itu sampai sungguh-sungguh bisa tercapai agregasi dari aspirasi para kiai itu, yaitu dikembalikannya kepemimpinan ulama dalam PKB,” kata KH Yahya Cholil Staquf seperti dilansir dari Antara, Senin (19/8).
Gus Yahya, sapaan KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, upaya itu akan terus dilakukan sampai aspirasi dari PBNU ke PKB itu benar-benar terwujud. Mandat dari kiai adalah bahwa kami harus terus berikhtiar dan tidak boleh berhenti sampai berhasil.
Sementara itu, Wakil Ketua Rais Aam PBNU KH Anwar Iskandar mengatakan, langkah yang diambil tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan antara NU dan PKB.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam memperbaiki hubungan NU dan PKB adalah sebuah langkah organisatoris yang didasari atas berbagai fakta-fakta sejarah, yang dilakukan sebelum partai itu dilahirkan.
”Yaitu, dimulai dari aspirasi para kiai-kiai dari seluruh Indonesia yang waktu itu berkumpul di Jatim di Langitan, Jateng di Rembang, Jabar di Buntet dan menyampaikan aspirasinya kepada PBNU agar PBNU mendirikan partai,” imbuh KH Anwar Iskandar.
Aspirasi tersebut waktu itu, lanjut dia, ditindaklanjuti PBNU dengan membentuk Tim 5 yang diketuai KH Ma’ruf Amin. Tim itu kemudian melahirkan konsep yang akhirnya menjadi PKB, dan dideklarasikan pengurus besar yang deklaratornya antara lain adalah KH Ilyas Ruchiyat, KH Muchith Muzadi, KH Bisri Mustofa, dan KH Abdurrahman Wahid.
Selain itu, dia juga mengingatkan, PBNU waktu itu menginstruksikan PWNU seluruh Indonesia beserta pimpinan cabangnya agar memfasilitasi terbentuknya PKB di seluruh Indonesia. Partai tersebut kemudian dibekali AD/ART dan nilai-nilai moral.
”Keterangan saya ini artinya, menguatkan sebuah realitas bahwa hubungan antara NU dengan parpol yang namanya PKB ini adalah sebuah hubungan kesejarahan, hubungan organisatoris hubungan ideologis dan lain-lain,” tutur KH Anwar Iskandar.
Sehingga kalau ada orang yang sekarang mengatakan, tidak ada hubungan PKB dengan NU, itu sebuah pertanyaan ahistoris yang tidak bisa diterima sebuah realitas kehidupan,” tambahnya.
Saat ini, tegas dia, telah ada penyimpangan, yakni menghilangkan kepemimpinan ulama yang telah diamanatkan founding father terdahulu.
Sehingga akhirnya, peran ulama menjadi hilang dan dalam keputusan-keputusan strategis partai tidak ada peran ulama mengambil keputusan, semua diambil alih Ketum.
”Penyimpangan ini tentu tidak boleh terjadi, karena memang fitrah atau PKB dibuat itu aslinya adalah untuk memberi wadah kepada parah ulama menyalurkan aspirasi politik,” ucap KH Anwar Iskandar.