Tom Lembong Bongkar 30 Persen Uang APBN yang Dikucurkan untuk PSN Dikorupsi Politisi
Share
PENUTUR.COM – Perang pernyataan terbuka antara eks Kepala BKPM, Thomas Lembong dengan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju tampaknya belum akan berhenti.
Usai debat keempat yang diselenggarakan KPU, cawapres 02, Gibran Rakabuming Raka menyeret nama Tom LembongĀ dalam pembahasan soal hilirisasi nikel.
Tom yang merespon ucapan Gibran kemudian diserang oleh beberapa orang menteri dan TKN Prabowo-Gibran. Sebut saja, Budiman Sudjatmiko, Habiburokhman, Bahlil Lahadalia dan Luhut B. Pandjaitan.
Tak ciut dengan serangan yang diarahkan kepadanya, Tom Lembong justru lebih keras lagi membalas. Dalam perbincangannya dengan Novel Baswedan, Tom blak-blakan membongkar mentalitas penguasa di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo.
Lewat kanal YouTube Novel Baswedan, Sabtu, (27/1), Tom Lembong menceritakan ada konglomerat yang menyentil Presiden Jokowi. Lewat dirinya, lanjut Tom, konglomerat itu meminta Jokowi untuk berhati-hati menggunakan uang negara.
Pasalnya, pemakaian uang tersebut untuk pembangunan infrastruktur rentan dikorupsi pihak tertentu. Tidak main-main, angkanya mencapai 40% dari uang APBN yang dikucurkan.
“Saya tidak sebut namanya ya, tapi ada top 10 konglomerat pernah bicara ke saya untuk bilang, ‘Pak Tom, tolong ingetin Pak Presiden kalau proyek infrastruktur yang dibiayai APBN dan ditugaskan ke BUMN itu 40 persen dari nilai proyek dimakan korupsi’,” kata Tom Lembong.
Menurutnya, angka itu mirip-mirip dari temuan PPATK bahwa 36% dana PSN (Proyek Strategis Nasional) masuk kantong para politisi. “Mungkin jumlah atau rasio program yang dikorupsi mencapai 30 sampai 40 persen,” sambung Tom Lembong.
Tom Lembong lalu menilai Jokowi kena kutukan periode kedua sebagai presiden. Dia mengisyaratkan Jokowi lebih serakah dari periode sebelumnya.
Padahal menurut Tom Lembong, Jokowi sudah bekerja cukup baik di periode pertama kepemimpinannya. Namun hal itu dirusak karena banyaknya kecurangan yang terjadi di akhir periode jabatan Jokowi.
“Kemudian soal ekspor sawit ilegal, ini bagian fenomena legendaris yang namanya kutukan periode kedua, di mana polanya sudah terbangun. Setelah dipilih kembali dan dikuasai kekuasaan, muncul perasaan bahwa ini peluang terakhir untuk meng-uang-kan kekuasaan,” kata Tom Lembong.
“Karena setelah ini kan selesai, jadi muncul lah motivasi berbondong-bondong bagaimana memaksimalkan peluang untuk meng-uang-kan kekuasaan,” imbuh dia.