Operasi False Flag dan ISIS di Balik Serangan Gedung Konser di Moscow Rusia
Share
PENUTUR.COM – Setidaknya empat orang (sumber lainnya menyebutkan lima orang) berseragam kamuflase melakukan serangan di Crocus City Hall, gedung konser di Moscow pada 22 Maret, sekitar pukul 8 malam waktu setempat.
Crocus sedang punya hajatan berupa konser rock sewaktu keempat orang tidak dikenal itu masuk ke teater dan menembakkan senjatanya.
Alexei, seorang produser musik, sedang akan duduk di kursinya ketika dia mendengar suara “tembakan mesin” dan “banyak teriakan”. Dia segera menyadari bahwa itu adalah tembakan otomatis dan kemungkinan adalah serangan teroris.
Setelah suara tembakan, terdengar suara ledakan. Ini yang menyebabkan atap Crocus terbakar habis dan runtuh.
Penonton yang panik berhamburan ke pintu darurat. Ruang teater itu bisa menampung sekitar 6.200 orang. Situasi menjadi kacau karena para penonton saling berhimpitan dan menginjak penonton lainnya.
Otoritas Rusia melaporkan lebih dari 60 orang tewas dan sekitar 145 orang terluka, dengan sekitar 60 di antaranya dalam kondisi kritis.
Sebuah sumber yang tidak bisa diverifikasi menyatakan bahwa kelompok ISIL (ISIS) telah mengklaim tanggung jawab atas serangan di Crocus City Hall, Moskow, yang menewaskan setidaknya 60 orang dan melukai lebih dari 145 orang.
Sumber tersebut hanya menyebut “Sebuah sumber keamanan menyatakan kepada Amaq Agency: pasukan Islamic State menyerang sebuah kelompok besar orang-orang Kristen” … tampak seperti pernyataan yang menghasut karena menyebutkan “Kristen” sebagai sasaran serangan.
Pejabat AS memberitahu kantor berita CBS, AS, bahwa mereka telah memperoleh intelijen yang menunjukkan bahwa ISIS ingin menyerang Rusia. Gedung Putih mengatakan bahwa mereka telah memperingatkan Rusia awal bulan ini tentang rencana serangan potensial di Moskow yang menargetkan “kerumunan besar”.
Dua minggu yang lalu, kedutaan AS mengeluarkan peringatan kepada warga AS untuk menghindari kerumunan besar, mengatakan bahwa mereka sedang memantau laporan bahwa “ekstremis memiliki rencana mendekati untuk menargetkan kerumunan besar di Moskow”.
Mereka memperbarui saran mereka pada Jumat malam, mendorong warga AS untuk menghindari sekitar lokasi serangan.
Pihak Rusia sendiri tidak segera menyalahkan siapa pun atas serangan ini, tetapi beberapa anggota parlemen Rusia dengan cepat menuduh Ukraina.
Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menulis di aplikasi Telegram bahwa jika orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan ternyata berasal dari Ukraina, “semua dari mereka harus ditemukan dan dihancurkan tanpa ampun sebagai teroris.”
Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, membantah keterlibatan Ukraina.
“Ukraina tidak pernah menggunakan metode teror,” tulisnya di X. “Semua dalam perang ini akan diputuskan hanya di medan perang.”
Rosgvardia, pengawal nasional Rusia, mengatakan sedang mencari pelaku serangan, dan unitnya membantu evakuasi penonton konser dari gedung yang terbakar.
Insiden ini termasuk yang terburuk di Rusia sejak pengepungan sekolah Beslan pada tahun 2004, di mana lebih dari 330 orang, termasuk anak-anak tewas.
Serangan teroris ini terjadi beberapa hari setelah Putin diumumkan memenangkan Pemilu dan akan berkuasa untuk 6 tahun lagi sebagai Presiden Rusia.
Tak aneh kalau teori konspirasi melebar kepada kemungkinan pihak Ukraina dan Nato, plus Israel, bermain dalam serangan ini. Serangan di Crocus adalah false flag operation untuk mengkambinghitamkan pihak lain.
Teori konspirasi ini merebak di X alias Twitter.