Episiotomi, Sayatan yang Membantu Bayi Lahir Normal
Share
PENUTUR.COM – Persalinan adalah peristiwa yang selalu ditunggu dan mendebarkan bagi ibu hamil. Ada rasa bahagia ada pula kekhawatiran.
Bagi banyak perempuan, membayangkan proses melahirkan secara normal bisa membuatnya bergidik. Apalagi kalau dokter menyatakan persalinannya perlu dibantu episiotomi.
Episiotomi adalah sayatan yang dilakukan terhadap daerah perineum (daerah vagina ke arah anus) untuk memuluskan jalan lahir bayi. Tentu saja, tindakan episitomi ini akan terasa sakit dan perih.
Syukurlah, episiotomi tak mutlak dilakukan pada setiap persalinan normal.Episiotomi tidak selalu dilakukan pada anak pertama.
Faktor urutan kelahiran bukan menjadi alasan dilakukan episiotomi. Ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan episiotomi. Misalnya lingkar kepala bayi yang besar dan seberapa jauh kelenturan vagina.
KELENTURAN VAGINA
Vagina mempunyai sifat frigid dan lentur. Untuk wanita yang rajin berolahraga atau rajin bersenggama, maka vagina itu akan menjadi lentur.
Pada orang tertentu, kelenturannya malah bisa sampai melahirkan bayi dengan lebar kepala 10-12 cm atau lingkar kepala 34-35 cm.
Ukuran diameter awal vagina adalah 4 cm. Kalau vagina itu begitu rigid atau kaku, tanpa olahraga, atau sering terkena infeksi; maka sangat mungkin kelenturannya akan berkurang.
Kalau sering mengalami infeksi, jaringan ikat dan otot di bawah menjadi kaku, lalu kelenturannya hilang.
Bila bayi mempunyai lingkar kepala maksimal (35 cm), vagina hanya bisa memuat kepala bayi sekitar 98 persen dari 35 cm. Berarti, bayi tidak akan bisa lewat.
Kalau bayi dipaksakan keluar, akan terjadi semacam rudapaksa seperti vagina robek dengan arah tidak beraturan.
Saat itulah diperlukan episiotomi dengan tujuan membesarkan vagina dengan melakukan arahan yang baik. Dengan demikian, kerusakan jarinagn vagina yang timbul akan diperkecil.
JENIS SAYATAN EPISIOTOMI
Sayatan episitomi dilakukan dengan mempertimbangankan letak otot, otot anus, dan saraf agar kerusakan yang timbul dapat diperkecil. Di dunia kebidanan dikenal 3 tipe episiotomi yang aman.
1. Tipe mediana merupakan episiotomi yang dilakukan secara lurus atau vertikal.
Keuntungannya, saat menjahit luka menjadi lebih mudah. Namun kerugiannya, harus dilakukan secara hati-hati agar otot sfinkter ani (otot anus) tidak terpotong.
Risiko putusnya spinker ani pada tipe ini lebih tinggi oleh karena itu sangat diperlukan dokter yang terampil untuk menjahit otot anus.
2. Tipe medio lateral dilakukan hampir mirip dengan tipe mediana namun bedanya ia dibelokkan ke arah paha.
Tujuan pembelokkan ini adalah untuk menghindari otot anus. Kalau otot anus sampai putus, maka nantinya pasien tidak dapat menahan feses.
3. Tipe lateral dilakukan dengan sayatan ke arah paha. Tipe lateral bisa menyebabkan otot di daerah sekitar sayatan menjadi mengerut tidak beraturan. Akibatnya, nantinya dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seks.
Tapi keuntungannya, risiko untuk putusnya otot anus menjadi lebih kecil.
Yang paling ideal karena mudah dikendalikan adalah tipe mediana dan dilakukan oleh dokter yang terampil untuk menghindari risiko terjadinya otot anus robek.
PENYEMBUHAN
Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan.
Keterampilan jahit dokter juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin pembuluh darah yang tersayat.
Selain itu, dokter yang trampil akan seminimal mungkin menghindari daerah yang kaya akan sel saraf. Sel ini tidak bisa pulih sebagaimana pembuluh darah. Jika sel saraf terpotong maka tidak akan terbentuk lagi.
Pasien yang telah di-episiotomi, akan dikontrol dengan cara rawat inap selama 2-3 hari. Selain itu, seminggu setelah pulang dari rumah sakit harus kontrol ulang.
Jika perkembangan jahitan sudah bagus, pasien datang kembali setelah 40 hari. Pasien yang ingin melakukan hubungan seks diperbolehkan setelah hari ke-40.
Perawatan luka di rumah juga penting. Yang paling penting adalah jangan sampai darah nifas selalu menggenang di daerah luka, karena dapat mengundang kuman masuk dan berkembang biak.
Setelah buang air besar, sebaiknya bilas dengan bersih dan gantilah pembalut atau celana dalam secara teruatur dan sering. Intinya memang diperlukan kebersihan diri sebaik-baiknya.
BAHAYA
Sayatan episiotomi bisa pulih secara sempurna bisa juga tidak. Bila jahitan tidak sempurna, pasien dapat megalami 3 jenis keadaan.
- Tidak bisa menahan kentut (inkontinensia alfi derajat satu)
- Tidak bisa menahan feses yang lembek (inkontinensia alfa derajat dua)
- Ttidak bisa bahkan menahan feses yang keras (Inkontinensia alfi derajat tiga). Keadaan ini yang paling parah.Episitomi dan proses menjahit otot anus bukan kegiatan yang ‘nyaman’, pasalnya pembuluh darahnya banyak.
Kesulitan ini akan bertambah bila ada keputihan. Oleh karena itu, bila pasien hamil menderita keputihan, sebaiknya diobati lebih dahulu.
Bila ada infeksi di vagina atau vaginitis, jahitan sebagus apapun, tidak dapat menghasilkan penyembuhan yang sempurna. Infeksi juga membuat pembuluh darah baru sehingga luka selalu berdarah. Selain itu, bisa menyebabkan robek vagina saat kontraksi.
Jika jahitan tidak sempurna, bisa menyebabkan fistel yaitu timbulnya lubang yang menghubungkan anus dengan vagina.
Akibatnya, saat buang air besar, kotoran bukan hanya keluar di anus namun juga keluar dari vagina. Hal ini akan menimbulkan infeksi pada vagina.
MENGHINDARI EPISIOTOMI
Ada beberapa cara untuk menghindari episiotomi. Menurut satu penelitian, jika ibu hamil melakukan pijatan (massage) di perineum pada trimester tiga, maka akan melenturkan lubang vagina sehingga akan memudahkan kepala bayi untuk keluar.
Olah raga menjadi penting, terutama olah raga berenang karena berenang membuat semua otot bergerak.
Selain itu, jaga kebersihan daerah vagina, karena infeksi dapat mebuat vagina menjadi kaku, dan jika diepisiotomi pun, luka sayat sulit sembuh sempurna.